tvOnenews.com - Bahaya perundungan siber (cyberbullying) dapat mengakibatkan korban mudah depresi, marah, timbul perasaan gelisah, cemas, menyakiti diri sendiri, bahkan percobaan untuk bunuh diri. Kompetensi literasi digital terkait etiket berinternet (netiket) diyakini mampu menjadikan seseorang lebih bijak, sehingga tidak melakukan cyberbullying.
Dosen Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA AWS) E. Rizky Wulandari menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, di Kabupaten Sidoarjo, Selasa (30/7).
Perempuan yang akrab disapa Kiky itu mengatakan, kompetensi literasi digital terkait netiket itu meliputi kemampuan mengakses, menyeleksi, menganalisis, dan memahami informasi di platform digital. Kompetensi ini juga termasuk upaya membentengi diri dari tindakan negatif di platform digital (media sosial).
”Bijak bermedsos juga berarti memiliki kemampuan untuk memverifikasi pesan, memproduksi dan mendistribusikan, berpartisipasi membangun relasi, berkolaborasi data dan informasi dengan aman dan nyaman di platform digital,” ujar Rizky Wulandari dalam diskusi online yang dipandu moderator Anissa Rilia itu.
Dalam diskusi bertajuk ”Bijak Bermedsos Tanpa Cyberbullying”, Kiky juga menyebut ada beberapa jenis cyberbullying. Di antaranya, flaming atau tindakan berbentuk provokasi, penghinaan, mengejek, sampai dengan menyinggung orang lain.
Kemudian, harassment yang berarti berkomentar buruk yang menimbulkan keresahan, denigration atau mengumbar keburukan orang lain hingga merusak nama baik dan reputasinya, cyberstalking atau menguntit dan memata-matai.
”Ada juga membuat akun palsu (impersonation), menyebarkan rahasia orang lain (outing), memanfaatkan kepercayaan orang lain (trickery), dan pencurian informasi pribadi dibuat profil untuk menipu dan merusak reputasi orang lain,” rinci Rizky Wulandari dalam diskusi yang diikuti lewat nonton bareng (nobar) para pelajar/santri dari berbagai madrasah di wilayah Sidoarjo.
Sejumlah madrasah di Kabupaten Sidoarjo yang mengikuti kegiatan nobar di ruang kelas kali ini, di antaranya: MTs Maarif Ketegan, MTsN 3 Sidoarjo, MTsS Nahdlatul Ulama Sidoarjo, MA Darul Ulum Waru, MAN Sidoarjo, MTsS Fadllillah, MTsS Bilingual Muslimat NU, MA Bilingual Al-Amanah, MTsS Muslimat NU Puncang, MTs NU Durungbedug, MTs Manbaul Hikam, MAS Islamiyah, MA Salafiyah Sidoarjo, dan MTs Al Kautsar.
Dari sudut pandang berbeda, praktisi dan konsultan IT Ardiansyah meminta pelajar/santri memiliki kecakapan dalam mengakses, mencari, menyaring, dan memanfaatkan setiap data dan informasi yang diterima dan didistribusikan dari dan ke berbagai platform digital yang dimilikinya.
”Cakap bermedia digital berarti mengetahui, memahami, dan dapat menggunakan perangkat keras dan lunak secara baik dalam lanskap digital. Juga, menggunakan mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital,” jelas Ardiansyah.
Sementara, presenter Azmy Zen berharap kepada korban tindakan bullying untuk bercerita dan mencari bantuan dari orang-orang terdekat seperti orangtua, sahabat, serta melaporkan tentang kejadian yang dialaminya.
”Di sekolah atau di kampus, dapat menghubungi guru atau dosen yang Anda percaya. Banyak sekolah kini menyediakan guru untuk bimbingan konseling,” tegas Azmy Zen.
Untuk diketahui, webinar seperti digelar di Sidoarjo ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dihelat Kemkominfo. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sampai dengan akhir 2023, tercatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program #literasidigitalkominfo, yang dimulai sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.(chm)
Load more