Misalnya, kata Zaeni, karena dia memiliki kemampuan personal, memiliki empati dan sering membantu orang lain. Sedangkan tingkat popularitas Bobby Nasution masuk dalam sifat popularitas perceived.
Perihal ini, lanjut Zaeni, Bobby terkenal, tapi jarang disukai karena reputasinya yang kurang positif. Contohnya, Bobby lebih dikenal karena pemberitaan tentang dugaan kasus korupsi, dianggap suka marah-marah, dan lainnya.
Dikatakan, dengan popularitas sosiometrik yang dimiliki Edy Rahmayadi dan Nikson ini mengarah pada satu konstruksi kesukaan atau akseptabilitas.
Di mana tingkat kesukaan atau akseptabilitas dari Nikson Nababan paling tinggi hingga di angka 88,2%.
Lalu, disusul Edy Rahmayadi 70,2% dan Bobby Nasution yang popularitas bersifat perceived memiliki tingkat Akseptabilitas yang paling rendah di angka 43,7%.
Lebih lanjut, Zaeni menjelaskan, survei juga didasarkan pada simulasi dengan pertanyaan terbuka secara spontanitas pada responden untuk mengukur pilihan top of mind responden terhadap tokoh pilihannya sebagai Gubernur Sumatra Utara. Hasilnya, Nikson Nababan menempati tingkat elektabitas paling tinggi sebanyak 27,2%.
Kemudian, Edy Rahmayadi menempati urutan kedua dengan tingkat elektabilitas sebagai bakal cagub Sumatera Utara dengan raihan sebesar 19,3% dan diurutan ketiga Bobby Nasution 14,2%. Adapun nama lainnya masih di bawah 10% top of mind-nya yaitu Wakil Gubernur Sumatra Utara Musa Rajekshah (Ijeck) di urutan keempat dengan 9,3% dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di urutan kelima 8,9%.
Load more