tvOnenews.com - Seluruh aktivitas di dunia maya berpotensi menghadapi masalah keamanan digital. Meski begitu, melakukan aktivitas bermedia digital dengan berlandaskan nilai-nilai kebangsaan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, diyakini mampu menjaga keamanan privasi secara digital.
”Aktivitas berselancar di media digital seperti menjelajah, mencari hiburan, bermain, sosialisasi, beropini, dan bertransaksi, hendaknya didasari dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” tutur Manajer Marketing Compass Publishing Indonesia Femikhirana Widjaja dalam webinar literasi digital di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Rabu (14/8).
Diskusi virtual untuk segmen pendidikan yang diikuti pelajar sejumlah sekolah menengah di wilayah Ngawi itu, digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur.
Dalam diskusi bertajuk ”Tips dan Trik Menjaga Keamanan Privasi Secara Digital”, Femikhirana menegaskan, bentuk kecakapan digital yang Pancasilais dan ber-Bhinneka Tunggal Ika itu, ditunjukkan dengan cara berperilaku dan berpartisipasi aktif dengan landasan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
”Dampak rendahnya pemahaman nilai Pancasila dalam kegiatan digital, mereka tidak memahami batasan kebebasan berekspresi (bullying, hate speech, provokasi, hoaks), serta tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital,” jelas Femikhirana dalam diskusi yang dipandu moderator Chichi Zakaria itu.
Selain itu, lanjut Femikhirana, dampak rendahnya pemahaman nilai Pancasila dalam kegiatan digital, pengguna tidak mampu membedakan misinformasi, disinformasi dan malinformasi. ”Misinformasi adalah informasi salah namun tidak sengaja dibuat untuk menyebabkan kekacauan; disinformasi merupakan informasi salah dan sengaja dibuat untuk menyebabkan kekacauan; malinformasi yaitu peristiwa yang benar terjadi namun digunakan untuk menimbulkan kekacauan,” rinci Femikhirana.
Di akhir paparannya, Femi juga mengingatkan pelajar yang menjadi peserta webinar untuk mengenali konten lain, seperti koneksi yang salah, yaitu konten dengan gambar, judul dan isi yang tak saling mendukung.
”Lalu, satir atau tak ada niat merugikan tapi berpotensi menipu; serta koneksi yang menyesatkan atau informasi yang sesat yang dipakai untuk membingkai isu atau orang tertentu,” tutup Femikhirana Widjaja dalam diskusi yang diikuti lewat nonton bareng (nobar) para pelajar.
Sekolah menengah di Kabupaten Ngawi yang mengikuti kegiatan nobar di ruang kelas, di antaranya: SMPN 2 dan SMPN 3 Karangjati, SMPN 1 Bringin, SMPN 1 Geneng, SMPN 1 Kendal, SMPN 1 dan SMPN 4 Ngawi, SMPN 1 Gerih, SMPN 1 Kwadungan, SMPN 1 Kasreman, dan SMPN 1 Pangkur.
Dari sudut pandang berbeda, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi M. Fachrudin menyoroti pentingnya etika digital bagi pelajar yang meliputi tanggung jawab, pengembangan karakter, keamanan dan privasi.
”Penting bagi pelajar untuk memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab atas perilaku online mereka dan dampaknya kepada orang lain; membantu dalam pengembangan karakter seperti kejujuran, empati dan tanggung jawab sosial; serta memahami etika digital untuk melindungi diri dari ancaman online dan memastikan privasi tetap terjaga,” jelas M. Fachrudin.
Sementara penyanyi Inta Oceania yang tampil sebagai key opinion leader diskusi berpesan, menjaga keamanan privasi secara digital penting dilakukan lantaran kita tidak tahu niat semua orang pengguna media digital. ”Tidak bisa dipastikan bahwa setiap pengguna media sosial memiliki niat yang baik,” tegasnya.
Tips untuk menjaga privasi akun media sosial, menurut Inta, gunakan koneksi yang aman, password unik dan kuat, ganti password secara berkala, aktifkan autentifikasi dua faktor (2FA), hindari klik link sembarangan, cek kredibilitas website, dan lindungi perangkat dengan antivirus.
Untuk diketahui, webinar seperti digelar di Ngawi ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dihelat Kemkominfo. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sampai dengan akhir 2023, program #literasidigitalkominfo mencatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.(chm)
Load more