tvOnenews.com - Netizen di media sosial sempat menyoroti soal kemesraan yang diperlihatkan oleh Sarwendah dan Betrand Peto. Mereka menilai jika physical touch yang dilakukan keduanya sudah berlebihan sebagai ibu dan anak angkat.
Awalnya, tampak tak ada yang salah dengan apa yang dilakukan oleh Sarwendah dan putranya itu. Namun, kemudian tersebar video kompilasi yang memperlihatkan mimik wajah istri Ruben itu yang tiba-tiba berubah ketika didekati atau bersentuhan dengan Betrand.
Alhasil, persoalan tentang physical touch tadi dianggap sebagai kemesraan yang tak lazim, meski Sarwendah menganggapnya sebagai hal yang wajar sebagai ibu dan anak.
Sudah tak tahan lagi soal komentar netizen yang menyudutkannya dengan Betrand soal kemesraan tadi, Sarwendah kemudian melayangkan somasi terbuka. Lewat kuasa hukumnya, ia mensomasi \lima akun TikTok yang dinilai menyebarkan informasi yang merusak nama baik wanita itu.
Kelima akun itu juga yang diduga menuduh Sarwendah dan Betrand memiliki hubungan khusus, lebih dari ibu dan anak.
Di sisi lain, somasi tersebut justru dikomentari oleh seorang psikolog wanita beranama Lita Gading. Menurutnya, komentar netizen mengenai kedekatan Sarwendah dengan putra angkatnya itu harus direfleksikan.
"Sekarang, harusnya introspeksi. Komentar-komentar dari netizen itu apa yang dilihat oleh netizen," ujar psikolog Lita Gading, dilansir video di TikTok @litagading5, dikutip Selasa (20/8/2024).
Kemudian, psikolog terssebut juga menyarankan untuk tidak mengunggah hal-hal yang berbau sensitif. Sebab, mungkin saja ada netizen yang tidak bisa melihat sesuatu yang vulgar dan langsung berpikiran negatif.
"Terkadang, ada orang yang tidak melihat sesuatu yang vulgar. Pasti berpikirannya negatif. Nah untuk menghindari hal itu sebaiknya kita tidak mem-publish hal-hal yang sensitif seperti itu," ujar Lita Gading.
"Kalau bicara tentang, 'Itu kan hak asasi saya (untuk mengunggah hal-hal vulgar dan sensitif)', semua punya hak asasi, lho. Netizen juga punya hak asasi untuk tidak bisa melihat hal-hal semacam itu untuk di-publish. Jadi, kita harus saling pengertian saja. Apalagi masalahnya kan ini sudah menjadi konsumsi publik. Jadi, semua orang bebas berkomentar " sambungnya.
"Buang-buang waktu saja kalian untuk somasi. Tapi boleh juga mensomasi atau memperingatkan untuk tidak mem-bully. Orang-orang yang mem-bully juga kan mereka yang 'nyinyir', yang tidak tahu batasan mulut dan jarinya yang tidak bisa dikontrol," ujarnya.
Psikolog tersebut juga menyarankan agar netizen tak lagi melakukan bullying kepada siapa pun, khususnya dalam kasus Sarwendah dan Betrand Peto.
Namun, hal itu juga sulit untuk tidak dilakukan, mengingat apa yang terjadi antara ibu dan anaknya itu diumbar di publik, sehingga mereka juga mendapat komentar yang terlihat secara publik pula.
"Netizen juga please janganlah mem-bully, gak baik. Dinasihati secara umum juga agaknya sulit, soalnya jelas kita semua gak kenal Sarwendah. Jadi, apa pun itu pasti dibicarakan di publik, karena beritanya di publik, jadi dikomentarinya juga di publik," jelasnya.
Jika tidak mau mendapat perundungan atau komentar negatif dari orang lain, sebagai publik figur juga Sarwendah maupun Betrand seharusnya bisa membatasi perilakunya.
"Kalau kita memang tidak mau ada perundungan atau protes dari orang-orang, ya sebaiknya batasi perilaku kita," saran Lita Gading sebagai saran penutupnya. (ism)
Load more