tvOnenews.com - Semakin berkembang dan riuhnya pengguna ruang digital, yang jumlahnya di Indonesia lebih banyak dari populasi penduduk, rupanya berdampak buruk. Etika warganet masih memprihatinkan. Survei Microsoft bahkan pernah menempatkan akhlak kesopanan warganet kita paling buruk se-Asia Tenggara.
”Memang, dengan beragam aplikasi dan makin banyaknya platform digital, belajar dan bergaul jadi makin mudah dan seru. Tapi, saat berinteraksi di ruang digital, tetap jangan abaikan etika atau akhlak,” ujar Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ponorogo Nastai’in dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan yang digelar di Kabupaten Ponorogo, Kamis (22/8).
Mengusung tema ”Belajar Hak dan Tanggung Jawab di Ruang Digital”, diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur itu memang membidik siswa/santri dan tenaga pendidikan sebagai peserta.
Terkait tema diskusi, Nastai’in mengingatkan para peserta untuk menyadari bahwa dunia maya dan dunia nyata hakikatnya sama. Mereka berada di jaringan lain, tapi manusianya sama. ”Karena itu, etika dan akhlak dalam bergaul harus tetap dijaga kesopanannya. Dengan begitu, nilai survei yang buruk bisa kita turunkan bersama menjadi jauh lebih baik,” kata Nastai’in.
Menurut Nastai’in, Indonesia terkenal sebagai bangsa yang sopan dan bermoral. Jangan bedakan perilaku di dunia nyata dan di ruang digital. ”Tetap jaga akhlak dan hormati etika. Jangan gampang melontarkan ujaran kebencian dan mengumpat di ruang digital,” tambah Nastai’in, dalam webinar yang diikuti peserta dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah.
Tercatat sejumlah madrasah dan pondok pesantren di Ponorogo menggelar nobar hari ini. Di antaranya, MTs Negeri 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 Ponorogo, MTs Al Azhar Sampung, MTs Nurul Qur’an, MTs Wali Songo Putra 2, MTs Walisongo Putri, MTs Nurul Huda Mayak, MTs Al Islam Joresan, MTs Maa’rif Munggung serta Pondok Pesantren Al Mawadah Ponorogo.
Dari perspektif berbeda, Technopreneur Erlan Primansyah mengingatkan para pelajar untuk jangan suka membagikan konten secara berlebihan atau oversharing. Biasakan selalu memverifikasi konten atau link berita hoaks yang sering kita terima sebelum dibagikan. Bijak sharing dan tandingi konten atau berita hoaks dengan berita yang terverifikasi.
”Jelaskan ke beragam grup WA keluarga atau sekolah dengan berita yang benar dan akurat, tanpa perlu membikin penyebar hoaks tersinggung. Dengan begitu hoaks bisa distop dengan cara cerdas dan bijak, tanpa muncul permusuhan dengan teman atau saudara,” pesan Erlan Primansyah dalam diskuisi yang dipandu moderator Chi Chi Zakaria.
Sementara, Mom Influencer Ana Livian mengatakan, kalau kemampuan dan etika digital sudah makin ditingkatkan, ruang digital bisa memberi peluang yang bermanfaat dalam hidup pelajar masa kini. ”Bukan hanya bahan belajar yang makin seru dan lengkap, tapi banyak juga profesi digital yang bisa menghasilkan cuan menggiurkan,” terang Ana Livian, yang tampil sebagai key opinion leader.
Ana mencontohkan, pelajar bisa memulai dengan menjadi reviewer banyak kuliner atau bikin masakan yang unik. Bisa juga bikin konten perjalanan atau me-review produk fesyen yang menarik. ”Jangan malas pelajari konten dan aplikasi membuat video, agar konten kalian makin seru dan banyak viewer-nya,” pungkas Ana.
Untuk diketahui, diskusi daring seperti digelar di Kabupaten Ponorogo, ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dihelat Kemkominfo sejak 2017. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sampai dengan akhir 2023, program peningkatan #literasidigitalkominfo tercatat telah diikuti sebanyak 24,6 juta orang.
”Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024,” tambah Kemkominfo.(chm)
Load more