tvOnenews.com - Dunia maya atau internet kini menjadi tempat untuk bersembunyi penjahat digital. Para penjahat sering kali memanfaatkan kelengahan serta ketidaktahuan pengguna untuk melancarkan aksinya. Beberapa kejahatan digital (digital crime) yang sering terjadi ialah pencurian identitas dan penipuan online.
”Identitas yang dicuri akan disalahgunakan untuk membobol rekening atau dimanfaatkan untuk mengambil pinjaman online. Sedangkan penipu online biasanya akan meminta selfie KTP,” ujar Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Kabupaten Tabanan I Nyoman Surjana, saat tampil sebagai narasumber dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Dinas Pendidikan Provinsi Bali di Kabupaten Tabanan, Senin (28/8).
Mengangkat tema ”Tips & Trik Menjaga Keamanan Privasi Secara Digital”, diskusi virtual untuk segmen pendidikan ini membidik siswa sekolah dan tenaga kependidikan sebagai peserta. Mereka mengikuti webinar yang menghadirkan tiga narasumber itu dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Dalam diskusi daring (online) tersebut, Nyoman mengatakan, selain pencurian identitas dan penipuan online, beberapa kejahatan yang sering terjadi di dunia digital, yaitu phising (pengelabuan), SIM swap, carding, skimming, serangan ransomware, dan kejahatan konten digital.
”Dengan phising, penipu akan mengirim link palsu atau alamat website bodong. Adapun SIM swap merupakan pembajakan nomor ponsel (SIM card) untuk digunakan mengakses akun perbankan korban,” jelas I Nyoman Surjana dalam diskusi yang dipandu moderator Azka Said itu.
Tips dan trik untuk mencegah terjadinya kejahatan digital, menurut Nyoman, buatlah sandi yang unik dan kuat, aktifkan autentifikasi dua faktor (2FA), aktifkan pembaruan otomatis, dan gunakan perangkat lunak keamanan.
”Selain itu, hindari mengklik tautan atau lampiran mencurigakan, gunakan jaringan yang aman, batasi informasi pribadi di media sosial, hindari bujukan menjual akun rekening bank atau data pribadi,” rinci I Nyoman Surjana.
Di akhir paparannya, Nyoman mengingatkan para pelajar peserta diskusi untuk berhati-hati terhadap link yang mengarahkan ke situs perjudian online. ”Waspada terhadap link atau kiriman lampiran yang mengarah ke judi online. Biasanya mereka menawarkan dalam bentuk beragam game permainan seru yang membikin penasaran,” tegasnya.
Sejumlah sekolah yang menggelar nobar untuk mengikuti diskusi kali ini, di antaranya: SMPN 2 dan SMPN 3 Selemadeg Timur, SMPN 1 dan SMPN 2 Selemadeg Barat, SMPN 1 dan SMPN 2 Selemadeg, SMAN 1 dan SMAN 2 Tabanan, SMAN 1 Kediri, SMAN 1 Penebel, SMAN 1 Pupuan, SMAN 1 Baturiti, SMAN 1 Marga, SMAN 1 Karambitan, dan SMAN 1 Selemadeg.
Dari sudut pandang etika digital, entrepreneur sekaligus guru musik Anissa Andarini menambahkan, etika digital penting untuk mencegah konflik online, melindungi data pribadi dari penyalahgunaan, dan membangun lingkungan digital yang aman dan sehat.
”Melindungi data pribadi adalah bagian penting dari etika digital, karena dapat mencegah penyalahgunaan informasi yang bisa merugikan kita. Dengan mengikuti praktik keamanan yang baik, kita dapat menjaga privasi dan melindungi diri dari ancaman online,” jelas Anissa Andarini.
Sementara, musisi Rio Alief Radhanta menjelaskan ciri-ciri penipuan untuk meretas akun berupa penawaran hadiah atau giveaway secara cuma-cuma, penawaran diskon barang dengan keharusan untuk klik sebuah link, menggunakan email atau identitas palsu mengatasnamakan instansi atau orang lain.
”Tips menghindarinya: kuasai aplikasi, update password, hapus aplikasi tak penting, rutin periksa history, dan sebarkan hal positif,” jelas Rio Alief Radhanta.
Untuk diketahui, webinar seperti digelar di Kabupaten Tabanan, ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sejak dimulai pada 2017, sampai dengan akhir 2023 program ini tercatat telah diikuti 24,6 juta orang. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Kecakapan digital jadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.(chm)
Load more