Dari sudut pandang berbeda, Ketua Program Studi S1 Kewirausahaan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo M. Adhi Prasnowo mengatakan, akun provokator dan penyebar hoaks politik di media sosial dapat dikenali dari akun yang digunakan biasanya masih fresh atau baru dibuat.
”Jangan terkecoh dengan foto profil yang digunakan, jangan tertipu oleh gelar yang disandang, lini masa akun media sosialnya selalu membahas isu-isu politik, dan isi statusnya hanya menyerang satu tokoh tertentu,” rinci M. Adhi Prasnowo.
Sementara, dosen Praktisi Bisnis Digital Universitas Jambi Riyanto mengajak pelajar mengenali tiga tipe kesalahan informasi. Yakni, misinformasi atau kesalahan informasi yang tidak disengaja, disinformasi (kesalahan informasi disengaja), dan malinformasi atau kesengajaan menyebarkan informasi asli dengan niat mencelakai target.
”Lawan hoaks dengan cara tidak mengambil kesimpulan dari judul, jangan mudah percaya dengan informasi, cek informasi dari berbagai sumber informasi, tahan emosi sebelum memastikan informasi, dan segera laporkan jika terbukti hoaks,” papar Riyanto.
Untuk diketahui, nobar diskusi seperti digelar di Kabupaten Lampung Tengah, ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sejak dimulai pada 2017, sampai dengan akhir 2023 program ini tercatat telah diikuti 24,6 juta orang. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Load more