tvOnenews.com - Berita palsu alias hoaks harus dilawan, karena dapat menyebabkan kebingungan, kepanikan, bahkan kerugian serius bagi individu dan masyarakat. Dampak sosial hoaks dapat menyebabkan ketegangan sosial, konflik, dan ketidakpercayaan. Sementara secara individu, hoaks dapat menyebabkan orang kehilangan uang, reputasi, bahkan keamanan pribadi.
”Hoaks adalah berita palsu atau informasi menyesatkan yang sengaja dibuat untuk menipu orang atau membuat mereka panik. Penyebaran hoaks dapat menyebabkan provokasi di media sosial dan konflik,” tutur tenaga pendidik SMPN 2 Seputih Agung Lica Dewi Septiana dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, di Kabupaten Lampung Tengah, Kamis (29/8).
Dewi mengatakan, untuk melawan hoaks di media sosial, pengguna perlu mengetahui ciri-cirinya, yakni: sensasional, sumber tidak jelas, berita lama, dan gambar atau video yang manipulatif. Beberapa tipe hoaks, di antaranya satire (parodi), konten yang menyesatkan, konten keterkaitan yang salah, konten yang salah, dan konten yang dimanipulasi.
”Konten palsu sengaja didesain untuk menipu dan merugikan. Ada juga hoaks yang antara judul dan gambar atau keterangan tidak berkesesuaian. Bahkan, ada hoaks yang memadankan (mengaitkan) konten asli dengan konteks informasi yang salah,” jelas Lica Dewi Septiana dalam diskusi yang dipandu moderator Nabila Amanda Putri itu.
Dalam diskusi bertajuk ”Lawan Hoaks di Media Sosial” itu, Dewi berpesan agar pengguna digital melakukan langkah-langkah memverifikasi informasi. Di antaranya, cek sumber berita, periksa fakta, cari berita dari media terpercaya, dan periksa tanggal atau waktu kejadian.
”Pastikan, apakah berita tersebut berasal dari sumber terpercaya, gunakan situs pengecek fakta, bandingkan informasi dengan berita dari situs berita yang kredibel, pastikan informasi terbaru dan relevan,” rinci Lica Dewi Septiana di hadapan pelajar yang mengikuti acara diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari ruang kelas.
Sejumlah sekolah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Lampung Tengah dan sekitarnya, antara lain: SMPN 1 dan SMPN 3 Terbanggi Besar, SMA IT Smart Insani, SMP IT Bustanul Ulum, SMP Islam Plus At Tholibin, dan SMPN 2 Bandar Surabaya.
Dari sudut pandang berbeda, Ketua Program Studi S1 Kewirausahaan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo M. Adhi Prasnowo mengatakan, akun provokator dan penyebar hoaks politik di media sosial dapat dikenali dari akun yang digunakan biasanya masih fresh atau baru dibuat.
”Jangan terkecoh dengan foto profil yang digunakan, jangan tertipu oleh gelar yang disandang, lini masa akun media sosialnya selalu membahas isu-isu politik, dan isi statusnya hanya menyerang satu tokoh tertentu,” rinci M. Adhi Prasnowo.
Sementara, dosen Praktisi Bisnis Digital Universitas Jambi Riyanto mengajak pelajar mengenali tiga tipe kesalahan informasi. Yakni, misinformasi atau kesalahan informasi yang tidak disengaja, disinformasi (kesalahan informasi disengaja), dan malinformasi atau kesengajaan menyebarkan informasi asli dengan niat mencelakai target.
”Lawan hoaks dengan cara tidak mengambil kesimpulan dari judul, jangan mudah percaya dengan informasi, cek informasi dari berbagai sumber informasi, tahan emosi sebelum memastikan informasi, dan segera laporkan jika terbukti hoaks,” papar Riyanto.
Untuk diketahui, nobar diskusi seperti digelar di Kabupaten Lampung Tengah, ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sejak dimulai pada 2017, sampai dengan akhir 2023 program ini tercatat telah diikuti 24,6 juta orang. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.(chm)
Load more