Di masa pandemi, lanjut Alfian, masyarakat mengharapkan solusi untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi di berbagai aspek kehidupan. Namun, pasangan petahana gagal memenuhi harapan tersebut, dan program kerja yang diluncurkan tidak mampu membantu warga keluar dari kesulitan yang dihadapi.
Situasi ini mendorong masyarakat untuk berpikir secara rasional dan beralih kepada kandidat baru. Kegagalan dan kekalahan petahana juga tidak terlepas dari kurangnya konsolidasi dengan berbagai partai politik yang berpotensi menjadi pengusung pada Pilkada 2024.
"Pada kenyataannya, hanya dua partai politik pemilik kursi di DPRD Kalimantan Timur yang berhasil dikonsolidasikan oleh Isran Noor, yang menunjukkan keterbatasan dalam dukungan politik," ujar Alfian.
Dikatakan, sejumlah temuan lain dari survei ini menunjukkan bahwa sebanyak 70,8% calon pemilih sudah mengetahui atau pernah mendengar tentang pemilihan gubernur dan wakil gubernur yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024. Sementara itu, 29,2% responden menyatakan tidak tahu atau tidak pernah mendengar informasi tersebut.
Lebih jauh, sekitar 80,1% calon pemilih menyatakan niat untuk ikut serta dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Timur, sedangkan 19,9% menyatakan tidak akan berpartisipasi dalam pemilihan tersebut.
Ditambahkan, dari survei GRC juga menunjukkan bahwa beberapa isu krusial mendasari pilihan calon pemilih pada 27 November 2024 yakni isu meliputi kebutuhan pokok dan infrastruktur.
"Isu-isu krusial berkaitan ekonomi 78,7% terkait harga bahan pokok yang mahal, keadaan ekonomi keluarga yang menurun 70,2%, lapangan kerja dan usaha yang minim 70,8%. Kemudian, infrastruktur persoalan yang harus segera diselesaikan 67,8%, ketersediaan pupuk subsidi 73,8%, kemudian biaya pendidikan yang mahal 79,6%," ujarnya.
Load more