"Saya lihat di Rans Nusantara kenapa sepi, karena tempatnya jauh BSD-nya itu bukan BSD pusat Kota BSD, tapi BSD pinggiran terus makanan-makanannya juga kalau kita lihat tempatnya kurang nyaman nggak ada ruangan yang ber-AC dan parkirannya juga kecil. Padahal disini bisa menampung 2000 orang tapi parkiran mobil boro-boro 200 mobil aja nggak ada," imbuhnya.
Alvin Lim juga menyayangkan soal sistem pembayaran yang diterapkan di lokasi tersebut. Menurutnya, di setiap tempat bisnis harus dilengkapi dengan sistem pembayaran yang ramah untuk semua. Tidak hanya terpaku dengan satu sistem alat pembayaran saja.
"Tadi saya rasakan adalah mereka itu tidak menerima pembayaran cash ketika saya beli soto, saya mau bayar tidak bisa, jadi mereka hanya terima pembayaran melalui Qris. Alhasil orang makan di situ tidak bisa bayar jadi kesal, jadi malas datang lagi karena pembayaran cash tidak diterima. Pembayaran kartu kredit juga tidak terima jadi otomatis harus pakai Qris," ujarnya.
Menurut Alvin Lim, Indonesia belum siap secara mayoritas jika harus dipaksakan menggunakan system Qris.
“Kalau kita periksa mungkin lebih dari setengah tidak punya Qris. Mayoritas tidak punya Qris dan tidak tahu cara pakainya jadi alhasil mereka sudah kehilangan banyak audiens," terang Alvin Lim.
Akan tetapi terlepas dari itu, Alvin Lim menilai, seorang pebisnis harus memiliki ilmu kecerdasan keuangan, sebagaimana sedang digencarkan saat ini. Tujuannya, agar masyarakat Indonesia menjadi lebih cerdas dalam mengelola keuangan.
"Saat ini saya mengajarkan masyarakat untuk belajar tentang keuangan bagaimana tentang membuka bisnis. Bagaimana bisnis itu bisa sukses, bagaimana mencari property. Bagaimana cara menghitung keuntungan dalam nilai properti termasuk saham dan Options jadi kerja dasar keuangan," ungkapnya.
Load more