Demikian, Perjalanan Berlage ke Indonesia memang seperti buku terbuka yang harus terus menerus dibaca dan dimaknai ulang. Pada 1991, misalnya Joris Molenaar, seorang arsitek Belanda, menerbitkan kembali Mijn Indische Reis berupa sketsa-sketsa Berlage dan komentarnya. Pada 1996, Max van Rooy, seorang jurnalis, ahli arsitektur sekaligus cucu Berlage, membuat film dokumenter "De Hollandsche Tropenstijl" (Gaya Tropis Belanda). Film ini juga menggunakan buku Berlage sebagai pedoman. Lalu, Arsitek Herman van Bergeijk pada 2011 menuliskan arsip perjalanan Berlage secara mendalam; Berlage en Nederlandsche-Indie (Berlage di Hindia Belanda). Belum lama misalnya sejumlah sketsa sketsa Berlage saat di Indonesia juga pernah dikurasi dan dipamerkan di Museum Bahari Jakarta.
Buku Berlage di Nusantara tentu bukan akhir dari proyek ini. "Ini baru awal dari kerja yang akan panjang," ujar Angeline Basuki, salah satu penulis Berlage di Nusantara. Kita tunggu saja.
Load more