"Masih ada waktu sekitar lima minggu yang dapat dimanfaatkan. Namun, dengan selisih angka yang mencapai 25% dan sisa waktu yang terbatas, akan sangat berat bagi petahana untuk mengejar elektabilitas penantangnya," ujarnya.
Meskipun sulit, lanjutnya, hal itu bukan berarti mustahil, tergantung pada strategi yang akan diterapkan oleh petahana dalam upaya meraih suara. Menurutnya, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja petahana yang berada di bawah 50% menjadi salah satu penyebab rendahnya elektabilitas mereka.
Dalam temuan survei, ketika masyarakat Kaltim diminta untuk menilai kinerja Isran Noor dan Hadi Mulyadi, hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kepuasan (approval rating) terhadap kinerja mereka sebagai gubernur hanya mencapai 40,3%.
Rinciannya, 32,4% responden merasa puas dan 7,9% merasa sangat puas, sementara yang tidak puas mencapai 51,4%, dan yang sangat tidak puas hanya 2,7%. Dalam survei tersebut, responden juga ditanya apakah Isran Noor dan Hadi Mulyadi layak untuk dicalonkan kembali selama lima tahun ke depan. Hasilnya, 61,8% responden menjawab tidak layak, sedangkan 31,9% menjawab layak.
LPMM mencatat beberapa faktor berkontribusi terhadap potensi kekalahan Isran Noor dan Hadi Mulyadi sebagai petahana. Pertama, ketidakmampuan calon petahana untuk memberikan inovasi atau perubahan yang signifikan selama masa jabatannya.
Hal itu, membuat masyarakat merasa bahwa di bawah pemerintahan mereka, Kalimantan Timur, yang kaya dengan sumber daya alam, tidak berkembang secara optimal dan tidak memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
"Jika calon petahana gagal menunjukkan proyek-proyek yang berhasil atau gagasan segar untuk masa depan Kalimantan Timur, yang akan menjadi Ibu Kota Negara, pemilih mungkin lebih memilih calon baru yang dianggap memiliki visi yang lebih baik," ucapnya.
Load more