"Selain itu, terdapat wilayah-wilayah pertanian potensial, belum memiliki tata kelola air yang baik, sebanyak 70,2 % mengeluh tentang ketersediaan sekolah menengah atas dan sederajat. Sehingga sebanyak 6 ribu siswa yang tidak tertampung di tingkat SMA/sederajat di wilayah Kukar," ujarnya.
Lebih lanjut, Zaini menjelaskan, survei ini melibatkan sebanyak 1.480 responden yang berusia 17 tahun atau lebih dari populasi pemilih sebesar 552.469 orang. Mereka diambil dari 44 kelurahan, dan 173 desa di Kukar.
Survei ini digelar dari 29 Oktober-8 November 2024 dan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan metode sampel acak.
Toleransi kesalahan (margin of error) adalah sekitar ±2,54% pada tingkat kepercayaan 95%. Setelah proses wawancara juga dilakukan pengawasan kualitas di lapangan, atau dikenal sebagai pengawasan kualitas.
"Quality control dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan cara kembali mendatangi responden terpilih dalam quality control tidak ada temuan kesalahan," ujarnya.
Sementara, menurut Pengamat Komunikasi Politik, Frans Immanuel Saragih, apa yang tergambar dari survei yang dilakukan Panel Survei Indonesia menunjukkan adanya kemampuan analisa masyarakat Kukar akan kinerja penguasa sebelumnya. Menurutnya, ketidakpuasan rakyat mengakibatkan adanya masalah terkait komunikasi politik antara penguasa dan rakyatnya.
Sehingga, lanjutnya, dapat diartikan bahwa masyarakat Kukar merasakan adanya ketidak sesuaian janji penguasa dengan realisasi di lapangan. Padahal, menurut Frans, sebagai penguasa akan lebih mudah berkomunikasi dengan rakyatnya selama memerintah.
Load more