Direktur FIHRRST, Ali Rahmadi, mengungkapkan bahwa standar etika bisnis yang menurun di Indonesia menjadi salah satu alasan banyak perusahaan asing enggan berinvestasi. “Ini ada suatu keadaan yang janggal juga. Kami mengamati bahwa mulai ada perusahaan-perusahaan besar dari luar negeri yang enggan untuk investasi di Indonesia karena standar etikanya menurun,” katanya.
Acara ini juga mencakup empat diskusi panel yang mendalam, salah satunya adalah peran Uji Tuntas Hak Asasi Manusia (HRDD) dalam pelaporan keberlanjutan. Panel lain membahas pentingnya arahan keberlanjutan korporasi Uni Eropa (CSDDD) bagi perusahaan Indonesia, ESG dan aspek lingkungan, serta praktik terbaik pelaporan keberlanjutan dalam kinerja hak asasi manusia. Diskusi-diskusi ini memberikan wawasan tentang bagaimana perusahaan dapat menyesuaikan praktik bisnis mereka dengan standar nasional dan internasional.
FIHRRST juga memberikan penghargaan kepada perusahaan-perusahaan dengan laporan keberlanjutan terbaik tahun 2023. Sebanyak 19 perusahaan meraih skor A+, dan 22 lainnya meraih skor A, mencerminkan komitmen mereka terhadap praktik bisnis berkelanjutan. “Harapan kita perusahaan-perusahaan Indonesia yang sudah internasional bisa mempertahankan standar operasi bisnis di sini,” tandas Ali Rahmadi.
Marzuki Darusman, founder dari FIHRRST menambahkan pentingnya penerapan uji tuntas hak asasi manusia di sektor bisnis, “Harapan kami adalah agar penghormatan terhadap hak asasi manusia menjadi bagian integral dari tata kelola perusahaan di Indonesia” dan Meggy Parengkuan dari MRI menambahkan bahwa “Kami yakini ke mereka tentunya akan baik untuk generasi masa depan. Jadi itu peranan Moores Rowland Indonesia dalam penerapan Hak Asasi Manusia di bisnis perusahaan,” ungkapnya.
Load more