Menurutnya,ada beberapa pertimbangan yang perlu dikaji seperti pertama, kondisi ekonomi global tak menentu.
"Saat ini, pertumbuhan ekonomi global tertekan akibat perang berkepanjangan, perang dagang dan penurunan permintaan produk nikel dunia (akibat produk substitusi Lithium Ferro-Phospahate), yang menyebabkan harga nikel mencapai level terendah sejak tahun 2020," ujar Barus dalam keterangannya, Sabtu (15/3/2025).
Kedua, permintaan pasar China melemah dari yang diharapkan.
Hilirisasi nikel sangat bergantung pada industri baja dunia, yang saat ini didominasi oleh China yang sedang mengalami pelemahan ekonomi.
Selain itu, dampak meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika dan China (penerapan tarif tinggi) dapat menghambat pertumbuhan industri kendaraan listrik.
Ketiga, kebijakan Pemerintah menaikkan biaya seperti kenaikan UMR (Upah Minimum Regional) yang signifikan, penggunaan Biodiesel 40 yang lebih mahal, kewajiban retensi DHE (Devisa Hasil Ekspor), dan semakin sulitnya mendapat pasokan bijih nikel telah meningkatkan biaya produksi/operasional perusahaan tambang maupun perusahaan pengolahan/pemurnian nikel yang ada di Indonesia.
Keempat, hilirisasi diperlukan untuk menciptakan lapangan kerja sebanyak 350.000 orang dan berhasil menurunkan kesenjangan pendapatan (terutama di Indonesia Timur).
Load more