“Setelah usia Kusno enam bulan, tepatnya 28 Desember 1901, bapaknya dimutasi lagi, ke Jombang, Ploso. Karena pada saat itu gaji PNS tidak terlalu tinggi, Soekarno kecil dititipkan ke rumah kakeknya di Tulungagung dari tahun 1904 - 1906,” jelas Kuncar.
Pada tanggal 23 November 1907, Soekarno ikut pindah lagi bersama ayahnya, kemudian menetap lama di Mojokerto pada 22 Januari 1909. Setelah itu, Soekarno kecil sekolah di Hoogere Burgerschool (HBS) Surabaya, sedangkan bapaknya pindah tugas lagi ke HBS Blitar.
“Nah, cerita Blitar sebenarnya diawali dari sini. Jadi bapaknya dari dari Mojokerto pindah ke Blitar, kemudian kontrak di sebuah rumah kecil, lantas ketika libur sekolah, Soekarno muda pulang ke Blitar untuk bertemu orang tuanya. Jadi seolah-olah Bung Karno pada waktu itu mudik ke Blitar, padahal awal mulanya itu karena bapaknya dimutasi,” urainya.
Di tengah perjalanan Soekarno muda saat mengenyam pendidikan di HBS Surabaya, ada secuil kisah menarik yang dijalaninya. Saat itu di usianya yang baru menginjak ke 15 tahun, Soekarno rela berjauhan dari keluarganya dan memilih untuk merantau ke Kota Pahlawan. Saat itu ia, tinggal di rumah HOS Tjokroaminoto.
Saat mengenyam pendidikan, Soekarno muda tinggal bersama 30 pemuda lainnya di indekos milik HOS Tjokroaminoto yang terletak di Jalan Peneleh Gang VII No. 29 - 31, Surabaya.
“Jadi yang tinggal di situ indekos Tjokroaminoto gratis, tapi syaratnya harus makan di rumah itu. Karena waktu itu Soekarno makannya sedikit, sehari dua bahkan sekali, maka dia tinggalnya di indekos paling belakang, sekarang menjadi sekolah SD Muhammadiyah,” jelas Kuncar.
Load more