Jakarta, tvOnenews - Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Samto mengatakan penuntasan buta aksara terkendala pandemi Covid-19.
“Upaya penurunan angka buta aksara menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah tidak efektifnya pembelajaran di masa pandemi. Oleh karena itu, nanti kita akan coba tekankan program untuk wilayah yang tinggi tingkat kebutaaksaraannya,” ujar Samto di Jakarta, Selasa 7 September 2021.
Dia menambahkan semua anggaran kita fokuskan untuk memberantas buta aksara di lima wilayah terendah. Jika di lima wilayah tersebut buta aksaranya rendah maka akan meningkatkan angka melek aksara secara agregat.
Lima provinsi yang memiliki angka buta aksara tinggi yakni Papua (22,03 persen), Nusa Tenggara Barat (7,52 persen), Sulawesi Barat (4,46 persen), Nusa Tenggara Timur (4,24 persen), dan Sulawesi Selatan (4,11 persen).
Samto menambahkan gerakan literasi digital sudah mulai dikembangkan secara daring di pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) sejak 2017.
Akan tetapi gerakan literasi digital itu terkendala akses internet. Tercatat, lebih dari 270.000 peserta didik kesetaraan sudah menggunakan sistem daring.
“Bahkan di masa pandemi, jumlahnya diperkirakan makin meningkat. Inilah terobosan bagi pendidikan kesetaraan. Kita juga memberi bantuan peralatan digital untuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM) setiap tahun agar bisa memberikan layanan secara digital. Sekarang lebih dari 300 PKBM yang memiliki TBM berbasis digital,” terang dia.
Load more