Jakarta - Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta, PT TransJakarta menyatakan pembangunan Halte Bundaran HI akan rampung pada November 2022 mendatang.
TransJakarta menyebut saat ini, halte transportasi massal tersebut telah beroperasi dengan status uji coba dengan waktu terbatas.
"Kalau dihitung secara progres memang hampir 95 persen dan sebenarnya sih halte ini sudah bisa kita operasikan walau tidak 24 jam, mungkin akan selesai 100 persen dalam satu setengah bulan maksimal," kata Direktur Operasional PT TransJakarta M Indrayana dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (9/10/2022) malam.
"Yang saat ini masih ada adalah dalam pekerjaan-pekerjaan finishing dan kelengkapan yang terkait dengan disabilitas seperti lift dan eskalator, kemudian pekerjaan-pekerjaan dari tenant-tenant yang akan bertempat di lantai dua," ucapnya.
Meskipun pembangunan belum rampung 100 persen, Indrayana mengungkapkan Halte Bundaran HI uji coba operasional sejak pagi hingga pukul 22.00 WIB, agar segera melayani masyarakat.
"Memang kami berusaha secepat mungkin bisa segera melayani pelanggan TransJakarta kembali, walaupun kondisinya memang belum selesai 100 persen. Tapi kami menjamin dari aspek keselamatan sudah 100 persen tidak ada toleransi, dan fasilitas lain seperti sky deck untuk memandang Tugu Selamat Datang di lantai dua juga sudah bisa dinikmati," tutur Indrayana.
Diketahui Halte Bundaran HI ini diproyeksikan akan menjadi halte ikonik bersama Halte Integrasi Cikoko Stasiun Cawang, Halte Sarinah (Thamrin), Halte Tosari, dan Halte Dukuh Atas 1.
Seluruhnya termasuk dalam 46 halte TransJakarta yang dilakukan revitalisasi pada 2022. Nilai investasi untuk revitalisasi 46 Halte TransJakarta mencapai Rp600 miliar.
Anies akan Buka Suara
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan minim berkomentar terkait dengan Halte Bundaran HI yang menghalangi pandangan cagar budaya Patung Selamat Datang.
"Ya, nanti akan dijelaskan," kata Anies di Halte Bundaran Hotel Indonesia, Jumat (7/10/2022) malam, tanpa komentar lebih lanjut.
Kedatangan Anies ke Halte Transjakarta Bundaran HI hanya melakukan peninjauan dari proyek yang akan menjadi salah satu Halte Transjakarta yang ikonik tersebut.
"Ini peninjauan saja. Ya, karena semua pekerjaan harus ditinjau," ucap Anies.
Dalam peninjauan itu, hadir juga keluarga dari mantan Gubernur Jakarta Henk Ngatung yang juga arsitek Patung Selamat Datang yang menjadi ikon di kawasan Bundaran HI.
Terkait dengan hadirnya mereka dalam kesempatan itu, Anies mengaku hanya bertemu dengan anak-anak Henk Ngatung untuk bersilaturahmi tanpa membahas persoalan polemik.
"Silaturahmi saja. Enggak (membahas Halte TJ), enggak ada urusan itu," ucap Anies saat ditanya persoalan hadirnya juga keluarga Henk Ngatung.
Sebelumnya, sejarawan JJ Rizal meminta Gubernur DKI Jakarta dan PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) untuk menghentikan proyek revitalisasi Halte Tosari-Bundaran HI karena revitalisasi halte tersebut membuat pandangan warga yang melintas di kawasan tersebut jadi terhalang ke arah Patung Selamat Datang.
"Mohon Pak Gubernur @aniesbaswedan setop pembangunan halte @PT_Transjakarta yang arogan di kawasan cagar budaya penanda sejarah perubahan kota kolonial jadi kota nasional warisan Sukarno," ucapnya dikutip dari cuitan Twitter @JJRizal, Kamis, (29/9).
Ia mengatakan bahwa Patung Selamat Datang adalah warisan dari presiden pertama RI Soekarno bersama Gubernur DKI Jakarta periode 1964—1965 Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau yang akrab dikenal Henk Ngantung.
Selain itu, menurut dia, Patung Selamat Datang yang dihalangi pembangunan Halte Tosari-Bundaran HI itu juga merupakan simbol keramahan bangsa, semangat bersahabat melaksanakan ketertiban dunia berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
TransJakarta Mangkir Persidangan
Tim Ahli Gedung Bangunan (TAGB) Pengamat Tata Kota Yayat Supriyatna mengungkapkan sudah pernah mengingatkan Pemprov DKI Jakarta untuk melakukan desain ulang Halte Bundaran HI.
"Sebagai TABG sudah memberi saran dan masukan kepada pihak Jakarta setahun yang lalu, jadi catatan tentang yang harus diubah, harus desain ulang dengan menyesuaikan dengan lingkungan tidak dipenuhi oleh TransJakarta," kata Yayat saat dihubungi media, Sabtu (8/10/2022).
Menurut Yayat, cagar budaya itu terbagi menjadi beberapa bagian. Seperti benda, struktur, situs, dan sebagainya.
Yayat mengaku, lewat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) pihaknya telah meminta TransJakarta untuk menyelesaikan apa yang sudah diusulkan. Kendati demikian hingga kini usulan tersebut tidak direspon dengan baik.
"Dalam praktiknya tidak ada tindak lanjut setahun lalu, dan tiba-tiba terjadi polemik di masyarakat, termasuk dari Sejarawan JJ Rizal," jelasnya.
TABG sendiri telah mengikuti prosedural dalam mengusulkan perubahan desain Halte Bundaran HI, baik secara teknis dan administrasi.
Sebagai informasi, Yayat menyatakan TABG telah membuat catatan untuk TransJakarta untuk melakukan desain ulang dengan konsep yang ramah budaya. Tentu ketinggian halte tidak dua lantai, hal ini disinyalir tidak sesuai dengan kebutuhan halte pada umumnya.
"Catatan sudah dibuat adalah untuk TransJakarta agar melihat struktur cara budayanya, supaya dijaga, dan ketinggiannya bukan dua lantai," pungkasnya.
Diketahui, TransJakarta tidak memiliki izin dari TABG. Sementara, jika itu izin bangunan harus melalui TABG. Sementara sejak setahun lalu, TransJakarta hanya datang satu kali sidang.
Sementara umumnya di sidang pertama ada catatan untuk sidang kedua, dan sidang ketiga untuk memperbaiki hingga pada akhirnya ditandatangani oleh TABG, baru TransJakarta dapat memperoleh izin proses.
Tak Sejalan dengan Gagasan Anies Baswedan
Sejarawan Indonesia JJ Rizal buka suara soal alasan pembangunan revitalisasi halte Bundaran HI dimanfaatkan untuk mempermudah masyarakat memandang cagar budaya Patung Selamat Datang.
JJ Rizal menegaskan hal itu tak sejalan dengan gagasan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sebagai contoh, Anies merobohkan atap Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) lantaran diduga menutupi lanskap Ibu Kota.
"TransJakarta itu tidak punya niat kalau dia katakan untuk memudahkan orang melihat Patung Selamat Datang," kata Rizal saat dihubungi media, Sabtu (8/10/2022).
"Gagasan itu sendiri bertentangan dengan gagasan Gubernur. Toh Gubernur merobohkan atap JPO dengan alasan bahwa kita harus bisa melihat dengan jelas, artinya Gubernur itu punya pemikiran bahwa kota itu punya lanskap," lanjut Rizal.
Adapun alumnus Universitas Indonesia (UI) ini menyatakan bahwa sejatinya lanskap perkotaan itu harus dihargai terutama yang berkaitan dengan nilai sejarah.
"Lanskap itu harus dihargai bukan hanya lanskap dalam artian bangunan hasil karya arsitek pasca Soekarno, tetapi juga lanskap sejarah yang dibuat dan diartikan oleh Soekarno," tegasnya.
Kendati Anies dinilai sangat memperhatikan situs nasional dan situs kolonial di Jakarta, seperti revitalisasi Kota Tua.
"Tj sendiri menyempal dari gagasan Gubernur, jadi ini gagasan siapa itu pertanyaannya. Hal ini sudah melanggar UU Cagar Budaya dan bertentangan dengan Gubernurnya, itu kan ajaib menurut saya," pungkas Rizal.(agr/ree/ant/muu)
Load more