Berlin, Jerman - Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertemu sejumlah mantan pemimpin dunia di Berlin, Jerman yang tergabung dalam Club de Madrid, Senin-Selasa (31/10 -1/11).
Dalam kesempatan itu, mereka membahas kondisi dunia yang tengah menghadapi mega krisis dengan dampak global.
Club de Madrid merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari mantan para kepala pemerintahan dan organisasi internasional, yang masih aktif menyumbangkan pemikiran dari pengalaman sebagai pemimpin.
Bill Clinton, mantan Presiden Amerika Serikat, Gordon Brown, mantan Perdana Menteri Inggris hingga Domnique de Villepin, mantan Presiden Perancis merupakan anggota Club de Madrid.
Diantara peserta diskusi, wakil ketua MPR/RI Prof. Dr. Sjarifuddin Hasan ikut hadir. Sejumlah mantan menteri kabinet SBY ikut hadir dalam pertemuan tersebut, yaitu mantan Wamenlu Dino Patti Djalal dan mantan Menteri pemuda dan olahraga, Andi Malarangeng.
The Yudhoyono Institute (TYI) kali ini merupakan mitra pertemuan Club de Madrid kali ini. Direktur Eksekutif TYI, Agus Harimurti Yudhoyono juga hadir sebagai peserta pertemuan Club de Madrid. Kegiatan dua hari itu dilaksanakan di gedung Bertelsmann, yang terletak di jalan utama kota Berlin, Unter den Linden.
Menteri keuangan Jerman, Christian Lindner, hadir dalam penutupan acara tersebut. Dalam pidatonya, ia mengajak semua negara untuk duduk bersama dalam menanggulangi krisis, termasuk perubahan iklim global. Beberapa kali, ia menyebut hasil dari pertemuan dengan para menteri keuangan G20.
Dalam pertemuan di Berlin, Susilo Bambang Yudhoyono mendapat kesempatan untuk memberikan pidato pembuka dan penutup diskusi kali ini.
Reporter TvOne, Miranti Hirschmann mendapat kesempatan mewawancara Susilo Bambang Yudhoyono pasca pertemuan tersebut di Grand Hyatt Hotel, Berlin.
Pada forum di Berlin tersebut Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan jika situasi dunia saat ini tengah serius, dalam arti krisis yang terjadi secara bersamaan.
"Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah bersama secara global, agar situasi dunia tidak makin buruk," kata SBY di Berlin, Jerman.
SBY mengangkat tiga isu penting terkait upaya dalam mengurangi dampak krisis dunia. Salah satunya memanasnya geopolitik yang mengancam situasi keamanan internasional.
Menurutnya hal itu dipicu oleh perang yang terjadi di Ukraina, yang hingga saat ini tidak ada tanda-tanda akan berakhir.
"Perang tidak hanya memberi dampak pada perekonomian global, tetapi juga berdampak pada dua agenda dunia yang sangat penting, yaitu mengurangi pemanasan global, perubahan iklim sekaligus melaksanakan sustainable develpment goals. Ini merupakan keinginan bangsa-bangsa di dunia," tuturnya.
Oleh karena itu SBY menyampaikan, bagaimanapun, dunia harus berupaya agar perang di Ukraina itu harus segera diakhiri.
"Caranya, bisa melalui perundingan politik sehingga perang segera berakhir dan tragedi kemanusiaan bisa diakhiri. Denagn begitu, dampak memburuknya perekonomian dunia juga bisa kita akhiri," katanya.
Namun SBY sednri sadar jika situasi di Ukraina sangatlah kompleks. Sehingga tidak mudah untuk menghentikan perang yang tengah berlangsung.
"Sambil berupaya menghentikan perang, langkah-langkah pemulihan krisis juga harus dilaksakan dengan sungguh sungguh, bagaimana inflasi dikendalikan, lantas hutang yang melilit banyak negara segera diatasi. Kelangkaan pangan ataupun guncangan terhadap supply dan demand segera diakhiri," ungkapnya.
"Pendek kata, kondisi ekonomi yang sedang memburuk, tidak lebih memburuk dan menyusahkan bangsa bangsa di dunia," kata SBY menambahkan.
Bila hal ini bisa diakhiri, SBY ingatkan komitmen negara-negara untuk mengatasi perubahan iklim di dunia.
Menurutnya akhir-akhir ini banyak bencana alam yang sebelumnya tidak pernah terjadi, yang disebabkan perubahan iklim.
"Logikanya begini, bagaimana mungkin bangsa-bangsa di dunia mengalokasikan resourcesnya, termasuk keuangannya kalau kondisinya sedang buruk. Oleh karena itu, ekonominya kita perbaiki dulu," kata SBY.
Kondisi ekonomi yang memburuk dipicu perang di Ukraina. Sehingga ketiga masalah ini harus diamati dan diatasi.
"Caranya, semua negara harus bersatu dan bekerja sama. Negara-negara G20 yang dulu mampu mengatasi krisis di 2008, melewatinya dengan kerja keras. Pendek kata, semua harus bekerja sama. Inilah yang saya sampaikan di Berlin," katanya.(muu)
Load more