Jakarta - Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin alokasikan air bersih untuk masyarakat lewat kios air. Sementara masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai mendapatkan hak spesial.
“Jadi ini sebenarnya bagian dari staging kita di PAM Jaya. Untuk percepatan memang kita hadir dengan kios air dulu. Tapi nanti, seperti yang sudah diinfokan ke media sebelumnya, PAM Jaya akan hadir melalui perpipaan sampai tahun 2030,” kata Arief di Muara Angke, Jakarta Utara, Selasa (8/11/2022).
“Ini mengitari pantai yang ada di utara dan barat. Sehingga, pastinya masyarakat yang ada di pinggir pantai pastinya mendapatkan nanti spesial khusus duluan karena memang dekatnya dengan pantai karena trase kita lewat pinggiran,” sambungnya.
Arief mengaku telah menjalin sinergi dan kolaborasi dengan Pemerintah Pusat (Pempus), terlebih Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (PUPR).
Mewakili pihaknya, Arief akan segera berkomunikasi dengan Kemen-PUPR untuk mendapatkan percepatan izinnya karena Instalasi Pengolahan Air (IPA) dikelola oleh Kemen-PUPR.
“Untuk menyalurkan pipanya ke Jakarta, kita kerja sama dengan mitra bisnis kita. Itu yang kemarin nilainya sampai di angka 24 triliun,” tuturnya.
Lebih lanjut, guna mengantisipasi perilaku pungutan liar (pungli), Arif mengakalinya dengan memberikan stiker harga.
Sebab, ada berita yang beredar mengatakan air bersih satu jeriken dijual sebesar Rp 5.000.
Kemudian, dia juga mengatakan metode pengiriman air bersih tidak lagi menggunakan gerobak dorong, namun difasilitasi gerobak motor untuk mempermudah dan mempertegas bahwa Jakarta adalah kota metropolitan.
“Untuk tarifnya, kita pakai stiker sekarang. Tadi ada berita tentang satu jeriken Rp 5.000. Padahal satu jeriken itu isinya 20 liter, hanya Rp 400. Kemudian diantar, ada ongkosnya emang, jadi Rp 1.200,” ungkapnya.
“Jakarta sudah kota metropolitan. Kitanya harus memanusiakan semua yang ada di Jakarta apalagi untuk air,” tutupnya. (agr/nsi)
Load more