Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati merilis 21 wilayah di Indonesia yang berpotensi mengalami banjir rob.
Dwikorita mengatakan kecepatan arus diprediksi mencapai 150 cm per detik. Oleh karena itu, ia mengimbau seluruh pihak melakukan persiapan untuk mengantisipasi penguatan gelombang laut hingga banjir rob.
Berikut wilayah di Indonesia yang memiliki potensi terjadinya Banjir Pesisir (Rob):
1 Pesisir Aceh (Pesisir Sabang, Meulaboh): 20 - 28 Desember 2022
2 Pesisir Sumatera Utara (Pesisir Belawan dan sekitarnya): 20 - 27 Desember 2022
3 Pesisir Sumatera Barat (Pesisir Padang, Padang Pariaman, Agam Tiku, Pasaman Barat dan Pesisir selatan): 23 - 26 Desember 2022
4 Pesisir Lampung: 22 - 27 Desember 2022
5 Pesisir Kep. Riau: 21 - 31Desember 2022
6 Pesisir Bangka Belitung: 24 - 31 Desember 2022
7 Pesisir Banten 21 Desember: 2022 – 5 Januari 2023
8 Pesisir utara DKI Jakarta: 20 - 27 Desember 2022
9 Pesisir Jawa Barat: 20 - 31 Desember 2022
10 Pesisir utara Jawa Tengah: 28 Desember 2022 – 8 Januari 2023
11 Pesisir selatan Jawa Tengah: 22 - 27 Desember 2022
12 Pesisir Jawa Timur: 21 - 26 Desember 2022
13 Pesisir NTB: 21 - 26 Desember 2022
14 Pesisir NTT: 22 - 28 Desember 2022
15 Pesisir Kalimantan Barat: 24 - 29 Desember 2022
16 Pesisir Kalimantan Tengah (Kotawaringin Barat): 24 - 29 Desember 2022
17 Pesisir Sulawesi Utara: 20 - 29 Desember 2022
18 Pesisir Sulawesi Selatan: 23 - 25 Desember 2022
19 Pesisir Maluku Utara: 25 – 29 Desember 2022
20 Pesisir utara Papua (Jayapura): 24 - 30 Desember 2022
21 Pesisir Papua Selatan (Merauke): 23 - 27 Desember 2022
Dwikorita berharap, pihak-pihak terkait diharapkan melakukan persiapan antara lain memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
“Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif,” katanya.
Masyarakat pengguna transportasi angkutan penyeberangan perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut.
“Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang,” katanya.
Menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi).
“Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi,” ujar Dwikorita. (mg7/put)
Load more