Jakarta - Aksi pelecehan seksual terhadap sejumlah pendaki perempuan terjadi di lingkungan Kawah Ratu jalur Pasir Reungit, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Peristiwa ini diungkap oleh korban melalui akun Instagramnya @irenedea.f. Kasus ini pun akhirnya viral beredar di media sosial.
Irene selaku korban mengungkapkan bahwa pelaku kekerasan seksual adalah pria yang merupakan petugas dari TNGHS.
Dia mengatakan, kejadian ini terjadi pada Minggu (22/1/2023) saat ia dan keluarganya beserta rekan-rekannya sedang mengunjungi Kawah Ratu.
Irene menjelaskan, pelecehan seksual tersebut non verbal. Tak hanya kepada Irene, namun pelaku juga melakukannya kepada adik-adik Irene.
Lebih lanjut, dia memaparkan kekerasan seksual yang didapatinya yakni pelaku memfoto bagian tubuhnya dan adik-adiknya dan membagikan di sebuah grup WhatsApp.
"Pelaku memfoto yang difokuskan pada bagian belakang (bokong)," kata dia.
Kemudian dia menjelaskan awal mula kronologi dirinya mengetahui bahwa pelaku melakukan pelecehan.
"Saya ada di belakang pelaku dan melihat jelas apa yang dilakukan dia, yaitu sedang mengambil foto adik-adik saya yang duduk di depannya. Dan foto tersebut dibagikan di grup WhatsApp nya," papar Irene.
Kemudian ketika Irene menegurnya, pelaku masih berkelit dan langsung bertindak menghapus foto adik-adiknya. Karena kecurigaannya, Irene mengambil langkah untuk memfoto diri pelaku dan mencatat namanya.
Namun, tak tinggal diam, Irene melapor pada kekasihnya bernama Idan.
"Idan mengancam pelaku dan mengecek galeri foto di handphone pelaku. Setelah dicek handphone pelaku ternyata ada puluhan, mungkin bahkan ratusan foto-foto sejenis ke korban perempuan atau pengunjung lainnya," ungkapnya.
Bahkan, Irene mendapati ada foto dirinya di galeri handphone pelaku. Hal ini berujung pada pemukulan oleh kekasih Irene kepada pelaku.
"Sakit, pelaku fokus memfoto bagian belakang wanita dan salah satunya ada foto saya. Bukan cuma satu, ada ratusan foto dari pengunjung lain," ucap Irene.
"Pada detik itu, sudah tidak bisa dihindari terjadinya baku hantam," lanjutnya.
Dia menuturkan, pelaku telah bekerja di TNGHS selama empat tahun. "Bayangkan sudah berapa banyak korbannya," kata dia.
Irene menyebut, setelah terjadi keributan di lokasi, pelaku melarikan diri dan tak kunjung kembali hingga saat ini.
"Ada beberapa petugas disana yang meneriaki pelaku untuk kabur saja," kata Irene.
Terkait hal ini, Irene tidak terima dan telah melaporkan kepada Kepala Resort II Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
"Saat ini proses penyelidikan masih berlanjut dan sudah dibantu oleh Kares (Kepala Resort) Pasir Reungit dan petinggi lainnya. Kami akan kawal proses selanjutnya hingga tuntas," pungkasnya.
Merespons peristiwa ini, pihak TNGHS telah buka suara dan mengklarifikasi tindakan tidak terpuji yang dilakukan pelaku. Klarifikasi tersebut dimuat di akun Instagram @btn_gn_halimunsalak.
Sukiman sebagai Kepala Resort PTNW Gunung Salak II mengklaim telah melakukan mediasi antara pelaku dan pihak korban yang dilaksanakan di bumi perkemahan Sukamantri pada hari kejadian.
Kemudian pihak TNGHS juga mengatakan bahwa telah menyelesaikan kejadian ini secara damai dan kekeluargaan.
“Menghapus semua dokumentasi kejadian tersebut,” katanya.
Lalu menghentikan aktivitas perbuatan pelaku sebagai personel binaan oleh pihak pengelola objek wisata.
“Menghentikan penyebaran atau publikasi foto-foto korban,” demikian klarifikasi dari pihak TNGHS. (rpi/put).
Load more