Sementara itu, dalam laporannya, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K). mengatakan keberhasilan dalam menurunkan prevalensi stunting merupakan hasil dari kerjasama semua pihak.
“Pada Rakernas ini kita mensukseskan Perpres Nomor 72 tahun 2021 dengan lima pilar. Pilar pertama adalah komitmen terima kasih hari ini tentu kehadiran Kementerian/Lembaga, TNI dan Polri yang menunjukkan komitmen yang luar biasa. Pilar kedua adalah bagaimana kita bisa melakukan massif information system terkait dengan masalah kesadaran dalam mencegah stunting. Kemudian pilar ketiganya adalah kita harus bisa melakukan konvergensi. Dan pilar keempatnya kita harus bisa menyediakan pangan dengan baik. Pilar kelima, kita harus bisa melakukan inovasi, terobosan dan data yang baik. Kami berterima kasih kepada kementerian dan lembaga yang mendukung di mana pentahelix kita laksanakan dengan baik,” kata Hasto.
Dalam paparannya, Hasto juga menyampaikan angka total rata-rata perempuan Indonesia melahirkan anak atau Total Fertility Rate (TFR) yang sudah mendekati angka 2,1.
Angka ini berarti satu perempuan di Indonesia melahirkan dua anak. Hasto juga menyebutkan rata-rata usia menikah perempuan di Indonesia naik dari di bawah 20 tahun menjadi 22 tahun.
“Sekarang ini beberapa provinsi sudah memasuki bonus demografi. Beberapa belum jelas, kapan mau memasuki bonus demografi. Problem ini menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, sesuai Perpres 72 tahun 2021 dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan pencapaian bonus demografi. Sesuai arahan Bapak Presiden, Indonesia Emas perlu didukung bersama,” kata Hasto.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan angka penurunan stunting berdasarkan SSGI tahun 2022.
Menkes Budi mengungkapkan bahwa ada beberapa provinsi besar yang angka prevalensi stuntingnya turun lima persen padahal masih dalam masa pandemi.
Load more