Jakarta - Pengamat Pangan sekaligus Dosen Sekolah Vokasi IPB, Prima Gandhi menilai kehadiran beras impor yang menjadi cadangan beras pemerintah (CBP) tak sesuai dengan harapan masyarakat. Nyatanya, harga beras dalam negeri masih melambung tinggi.
Dia pun meminta agar Badan Urusan Logistik (Bulog) melakukan kontrol penuh terhadap pasokan dan distribusi beras impor. Sebab apabila dilihat dari rantai tata niaganya, kenaikan beras impor kemungkinan besar merupakan permainan internal Bulog dalam mencari pundi keuntungan semata.
"Seharusnya Bulog memiliki kontrol penuh terhadap beras impor itu sendiri. Dilihat dari rantai tata niaga beras di dalamnya ada beras impor. Kalau harganya bermasalah, bisa jadi oknum Bulog sendiri. Tapi kalau beras lokal, permainan mungkin di pedagangnya," katanya.
Disisi lain, Prima meminta agar Bulog melakukan langkah persuasif ketimbang melemparkan masalah dengan menyebut ada mafia beras. Salah satunya melakukan penyerapan secara masif agar kondisi perberasan dalam negeri kondusif.
"Semisal saya pedagang besar ketika disebut mafia, saya akan melawan dan saya kesal. Ya, sudah biarkan saja masalah beras seperti itu. Kalau menuduh orang, siapa sih yang mau disebut mafia? Itu kan psikologi. Ini lebih butuh pendekata humanis," katanya.
Menurut Prima, pendekatan yang dilakukan secara keras oleh Bulog malah menimbulkan perlawanan dari pasar yang lebih menguasai beras. Stok Bulog yang selama ini berkisar satu juta ton hingga 1,5 juta ton pun hanya sekitar empat persen dari rata-rata produksi nasional di atas 31 juta ton.
Dia menilai, pejabat publik, termasuk Presiden Joko Widodo ada perlunya sesekali mengumpulkan para pedagang beras besar. Termasuk perusahaan besar yang mereka memiliki ladang sawah sendiri. Dengan cara itu, maka akan lebih mudah bagi pemerintah untuk menjaga stabilitas beras. "Ketimbang pendekatan konflik yang membuat saling curiga," katanya.
Load more