Tempat singgah ya yang tak jauh daerah konflik bersenjata itu membuatnya harus setiap hari melihat rentetan peluru senjata api yang ditembakkan pada perang saudara tersebut.
Bahkan tak jarang, ledakan bom menyasar ke kediaman yang berisikan warga sipil dan sejumlah WNI yang tengah mencoba melarikan diri dari situasi perang saudara tersebut.
"Saya kampus yang mayoritas warga Indonesia di sana. Internasiona Univesity of Africa itu, ternyata memang dekat dengan markas mereka. Jadi dentuman senjata tiap hari depan kanan belakang, kedengar semua," kata Kurnia.
"Kalau misalnya rumah sudah terdengar dentuman bom, kita dievakuasi ke tempat WNI yang memang rumahnya jauh dari dentumannya," sambungnya.
Dalam proses evakuasi tersebut dirinya bersama sejumlah WNI lain harus kerap berpindah tempat agar tak menjadi korban jiwa pada konflik bersenjata tersebut.
Bahkan saat berpindah lokasi evakuasi, ia bersama para WNI lainnya terpaksa berjalan tiarap laiknya militer yang tengah terjun di medan perang.
"Mindik-mindik tiarap. Jalan diam-diam. Jadi memang beberapa jam kaya habis subuh, sudah agak hening. Kita liat sikon saja, bisa evakuasi, kita bisa pindah rumah ya kita pindah," katanya.
Load more