Seoul, tvOnenews.com - Militer Korea Selatan dan AS mulai menggelar latihan perang skala besar di dekat perbatasan dengan Korea Utara pada hari Kamis. Latihan perang digelar meski Korea Utara telah memperingatkan tidak akan mentolerir apa yang disebutnya sebagai latihan invasi permusuhan di wilayah perbatasan.
Latihan ini merupakan yang pertama dari lima putaran hingga pertengahan Juni mendatang untuk memperingati 70 tahun terbentuknya aliansi militer antara Seoul dan Washington. Latihan perang yang disebut "latihan senjata penghancur gabungan" ini menjadi yang terbesar dari jenisnya dan telah digelar 11 kali sejak tahun 1977, menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Pejabat kementerian mengatakan latihan tahun ini melibatkan jet tempur siluman canggih, helikopter serang, sistem peluncuran roket ganda dan senjata lain dari Korea Selatan dan Amerika Serikat. AS juga mengirim kapal induk bertenaga nuklir USS Nimitz dan bomber berkemampuan nuklir untuk latihan bersama dengan Korea Selatan. Tidak diketahui berapa banyak pasukan yang terlibat dalam latihan tersebut. Sebagai informasi, latihan sebelumnya melibatkan sekitar 2.000 tentara dan 250 aset senjata dari kedua negara pada 2007.
Merespon latihan perang kedua negara sekutu itu, Stasiun televisi milik pemerintah Korea Utara, KCNA menyebut latihan perang itu sebagai “latihan perang khas Korea Utara" mengingat latihan perang digelar di daerah yang berjarak hanya beberapa kilometer dari perbatasannya."
KCNA mengatakan AS dan Korea Selatan akan menghadapi "respon yang sesuai" yang tidak ditentukan atas serangkaian latihan provokatif berskala besar mereka.
Korea Utara biasa bereaksi terhadap latihan besar kedua negara sekutu itu dengan uji coba rudal dan senjata lainnya. Sejak awal tahun 2022, Korea Utara telah meluncurkan uji coba sebanyak lebih dari 100 rudal. Akan tetapi uji coba rudal tidak dilakukan sejak Korea Utara menembakkan rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat pada pertengahan April lalu.
Korea Utara berargumen kecepatan uji coba rudalnya yang masiv dimaksudkan untuk merespon latihan militer AS dan Korea Selatan yang dipeluas, akan tetapi para pengamat berpendapat Korea Utara bermaksud memajukan pengembangan senjatanya sebagai diplomasi untuk mendapatkan konsesi yang lebih besar dari para musuhnya.(chm)
Load more