Keadaan seperti itu pernah terjadi pada akhir 1980-an ketika Uni Soviet terpaksa menghentikan petualangan di Afghanistan, setelah ibu para serdadu Soviet yang tewas di medan perang, mendesak pemerintah menghentikan perang.
Dalam konteks perang Ukraina, Putin lebih suka menempatkan tentara partikelir Wagner Group dan milisi Chechnya di medan-medan perang paling berdarah, termasuk Bakhmut dan Mariupol. Dia berusaha menghindarkan jatuh korban yang banyak dari tentara reguler Rusia.
Demi nyawa manusia
Lebih dari itu, Rusia era ini tidak sama dengan Rusia era Perang Dunia Kedua. Penduduk Rusia era ini berada pada zaman "post-heroic", seperti umum terjadi pada negara-negara bertingkat kelahiran rendah.
Dalam era ini, heroisme sama pentingnya dengan menyelamatkan nyawa manusia. Orang-orang pun menjadi sensitif dengan hilangnya nyawa manusia, apalagi jika jumlahnya puluhan ribu.
Mungkin, karena alasan itu pula Putin menolak mobilisasi total militer Rusia, dengan hanya melakukan mobilisasi parsial.
Saking ingin menepis ketakutan penduduk mengenai jatuhnya korban jiwa dalam jumlah besar, Putin tak mau menyebut petualangan Rusia di Ukraina sebagai "perang", melainkan "operasi militer khusus" yang berkonotasi lebih lembut ketimbang "perang".
Kini, ketika semuanya seperti tengah menjadi jalan buntu, negosiasi pun menjadi pilihan. Masalahnya, opsi itu pun akan pelik untuk pihak-pihak yang bersengketa.
Load more