tvOnenews.com - Dua tahun lalu, Donald Trump yang masih menjabat sebagai presiden Amerika Serikat (AS) mengecam para perusuh yang merupakan pendukungnya saat menyerbu gedung Capitol dengan menerobos barikade, mengecam hasil pemilu.
"Seperti semua orang Amerika, saya marah dengan kekerasan, pelanggaran hukum, dan kekacauan," kata Trump dalam sebuah video, mengutuk apa yang disebutnya sebagai "serangan keji."
Jelang pemilu 2024, Trump justru berbalik arah dan menjadi salah satu pendukung utama kelompok tersebut. Trump menyebut kelompok tersebut sebagai patriot dan menyebarkan klaim palsu mengenai siapa saja yang terlibat.
Trump tidak hanya bersumpah untuk mengampuni "sebagian besar" terdakwa pada penyerbuan 6 Januari itu jika dirinya memenangkan pemilu 2024, akan tetapi Trump juga berjanji akan menggalang dana untuk mereka, berteman dengan keluarga mereka, dan berkolaborasi dalam sebuah lagu yang akan menjadi hits di iTunes.
"Mereka berada di sana dengan bangga, mereka berada di sana dengan cinta di dalam hati mereka. ... Dan itu adalah hari yang indah," kata Trump dalam wawancara dengan CNN baru-baru ini.
Ketika ditanya apakah ia menyesali tindakannya pada hari itu, Trump tidak menyampaikan penyesalannya.
"6 Januari: Itu adalah kerumunan massa terbesar yang pernah saya ajak bicara," katanya.
Kerusuhan tersebut membuat Komite Kongres Amerika Serikat merekomendasikan agar Departemen Kehakiman menuntut mantan Presiden Donald Trump secara pidana karena mengupayakan skema ilegal untuk mengubah kekalahannya dalam pemilu presiden November 2020 dan mendorong terjadinya aksi kekerasan agar tetap berkuasa.
Komite itu menuduh Trump, yang meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari 2021, telah menghasut atau membantu terjadinya pemberontakan, menghalang-halangi proses resmi di Kongres untuk mengesahkan hasil pemilu presiden yang dimenangkan oleh calon presiden Partai Demokrat Joe Biden, berkonspirasi untuk menipu Amerika, dan berkonspirasi untuk membuat pernyataan palsu.
Kerusuhan pada 6 Januari 2021 adalah serangan terburuk di Capitol Hill, simbol demokrasi Amerika di seluruh dunia dalam dua abad. Sekitar 2.000 pendukung Trump menyerbu gedung Kongres, merusak dan menggeledah kantor-kantor, bentrok dengan polisi, dan selama berjam-jam mencegah Kongres mengesahkan hasil electoral college.
Lebih dari 960 orang telah ditangkap atas serangkaian tuduhan terkait kekacauan itu, di mana sekitar separuh diantaranya telah mengaku bersalah atau dihukum dalam persidangan. Sebagian diantaranya telah dijatuhi hukuman lebih dari empat tahun penjara.
Kerusuhan tersebut juga menewaskan empat orang, termasuk seorang veteran Angkatan Udara AS, Ashli Babbitt, yang sempat menjalani dua tur di Afghanistan dan Irak sebelum ditempatkan bersama Garda Nasional di Kuwait dan Qatar.(chm)
Load more