tvOnenews.com - Konflik Palestina dan Israel sudah berlangsung sejak lama akibat dari perebutan wilayah yang dilakukan secara sepihak oleh kelompok Yahudi imigran kepada rakyat Palestina.
Konflik ini bermula dari deklarasi Balfour yang dikeluarkan Inggris untuk bangsa Yahudi agar bisa bermigrasi secara besar-besaran ke Palestina.
Mengapa Inggris bisa mengeluarkan deklarasi Balfour yang akhirnya menguntungkan bangsa Yahudi itu?
Dilansir dari tayangan Kabar Siang tvOne, Konflik sengketa wilayah di Palestina bermula sejak berakhirnya Perang Dunia Pertama. Timur Tengah kala itu dibagi-bagi menjadi jajahan Prancis dan Inggris.
Khusus Palestina dimandatkan pada Inggris yang kemudian membuka pintu masuk bagi imigran bangsa Yahudi yang mengungsi akibat genosida di wilayah Eropa.
Bangsa Yahudi mulanya diterima secara terbuka dan baik-baik. Namun seiring berjalannya waktu populasi bangsa Yahudi meningkat pesat di Palestina.
Mereka mulai berani mengklaim Palestina sebagai tanah nenek moyang mereka. Tahun 1947 PBB membagi Palestina menjadi dua wilayah melalui Veto 181 negara, yaitu wilayah bangsa Yahudi dan wilayah bangsa Arab.
Foto: AP Photo/Bobby Caina Calvan
Sementara tepi barat Yerusalem menjadi wilayah internasional karena di sana terletak tempat suci bagi umat muslim dan Yahudi.
Veto PBB ini kemudian ditentang negara-negara Arab. Perang pun pecah setelah bangsa Yahudi mendeklarasikan negara Israel pada tahun 1948.
Konflik kembali terjadi pada tahun 1967 saat itu Israel menyerang Mesir dan Suriah untuk ambisi memperbesar jajahannya.
Perang yang berakhir 6 hari itu ternyata menguatkan pendudukan Israel di tiga wilayah dataran tinggi Golan, tepi barat Yerusalem, dan jalur Gaza.
Sejak saat itu terbentuklah organisasi pembebasan Palestina atau PLO pada tahun 1964. Yasser Arafat sebagai pemimpin PLO mulai unjuk gigi pada tahun 1988, di Aljazair Arafat mendeklarasikan negara Palestina.
Namun ternyata tak ada pengaruh apapun dari deklarasi tersebut, Israel masih terus menjajah Palestina. Muncullah intifada atau pemberontakan pertama Palestina.
Foto: AP Photo/Manuel Balce Ceneta
Palestina - Israel tandatangani kesepakatan Oslo
Barulah di tahun 1993 dengan diprakarsai Amerika Serikat Palestina dan Israel menandatangani kesepakatan Oslo. Kesepakatan itu memperbolehkan Arafat mengatur sebagian kecil Palestina yaitu wilayah Gaza dan tepi barat.
Perjanjian terus dijalani oleh kedua pihak hingga tahun 2000 Perdana Menteri Israel Ehud Barak dan Arafat bertemu di camp David. Namun pertemuan tersebut tak menghasilkan kesepakatan apapun.
Kondisi ini kemudian memicu Al Aqsa Intifada pemberontakan Palestina yang kedua. Tahun 2006 giliran organisasi Hamas memenangkan Pemilu untuk memimpin Palestina.
Sementara Israel terus memperluas wilayah jajahannya dan mengatur Masjid Al Aqsa. Bangsa Palestina sadar mereka tak bisa sepenuhnya merdeka tanpa pengakuan dari PBB.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas berulang kali dijegal dewan keamanan PBB yang beralasan tak bisa membuat rekomendasi bulat untuk Palestina.
Pada 30 September 2015 untuk pertama kalinya bendera Palestina berkibar di markas besar PBB setelah majelis umum PBB meresmikan Palestina sebagai negara pengamat.
Namun penderitaan masyarakat Palestina masih terus berlangsung, terlebih ketika Israel semakin berambisi memperluas wilayahnya. (amr)
Load more