Istanbul, tvOnenews.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ungkap penahanan petugas medis dari Bulan Sabit Merah dan Kementerian Kesehatan Palestina oleh militer israel, hingga kini belum mendapatkan titik terang.
Menurut WHO, setidaknya ada empat petugas kesehatan terakhir di Jalur Gaza, termasuk direktur Rumah Sakit Al-Shifa.yang ditahan militer Israel.
"Tiga petugas medis dari Bulan Sabit Merah Palestina dan tiga dari Kementerian Kesehatan ditahan," menurut pernyataan WHO mengenai penahanan petugas medis oleh militer Israel.
Dua dari enam petugas kesehatan yang ditahan, lanjutnya, dilaporkan telah dibebaskan. Kami tidak memiliki informasi mengenai keadaan empat petugas kesehatan lainnya, termasuk direktur RS Al-Shifa.
WHO juga meminta agar penahanan yang dilakukan militer Israel mematuhi hak hukum dan asasi manusia.
Evakuasi Pasien di Rumah Sakit Al-Shifa
Bukan perkara yang mudah bagi tim medis untuk mengevakuasi pasien di rumah sakit "beresiko tinggi" akibat dari pertempuran intensif yang berlangsung dan serangan udara di sekitar rumah sakit Al-Shifa.
Setidaknya butuh waktu berjam-jam dalam melakukan evakuasi, belum lagi sejumlah pos militer yang harus dilewati.
"Butuh waktu 20 jam bagi tim untuk menyelesaikan evakuasi, termasuk enam jam di pos pemeriksaan di mana tim dan pasien diperiksa oleh Pasukan Pertahanan Israel. Hal ini terjadi meskipun ada kesepakatan awal untuk hanya menyaring peserta di titik asal di Rumah Sakit Al-Shifa,” menurut pernyataan itu.
Setelah pemeriksaan keamanan selama enam jam, konvoi tersebut melaju karena kondisi kesehatan beberapa pasien memburuk. Para pasien tiba di tujuan akhir mereka pada larut malam, tambah pernyataan itu.
WHO juga mengkhawatirkan ratusan pasien yang masih bertahan di Rumah Sakit Al-Shifa, karena semakin memburuknya kondisi kesehatan mereka. Sejumlah petugas medis pun masih bertahan merawar para pasien yang tak bisa di evakuasi.
Terbatasnya waktu yang dimiliki para anggota misi di rumah sakit dan urgensi untuk memprioritaskan relokasi kasus-kasus paling kritis menjadikannya sulit untuk secara tepat menentukan jumlah pasti yang tersisa, menurut pernyataan itu.
"Evakuasi ini dan lainnya diminta oleh otoritas kesehatan, petugas kesehatan dan pasien, dan menjadi penting karena RS Al-Shifa tidak lagi dapat beroperasi akibat kekurangan air, bahan bakar, persediaan medis, makanan, dan staf akibat serangan militer baru-baru ini, kata pernyataan itu.
Ditambahkan bahwa WHO dan kolaboratornya melakukan misi pada 21 November untuk mengevaluasi prioritas medis di Rumah Sakit Al Ahli di Gaza utara.
“Al-Ahli, yang merupakan satu-satunya rumah sakit yang berfungsi di wilayah utara, harus segera dan secara teratur mendapatkan pasokan bahan bakar, air, makanan, dan pasokan medis untuk menjamin kelangsungan perawatan,” katanya.
Pernyataan tersebut mengatakan setelah misi penilaian, operasi pemindahan dilakukan bekerja sama dengan Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina, yang berhasil memindahkan 22 pasien dan 19 pendamping di Rumah Sakit Gaza Eropa pada hari berikutnya.
Serangan Israel di RS Al-Shifa
Sebelumnya pada 15 November, pasukan Israel menyerbu RS Al-Shifa secara membabi buta. Ribuan warga sipil yang mengungsi di Rumash Sakit terbesar di wilayah itu pun kocar kacir menyelamatkan diri.
Penyerangan besar-besaran Rumah Sakit Al-Shifa, karena klaim Israel yang menyatakan jika pusat kesehatan tersebut dijadikan pusat komando pasukan Hamas. Selain itu, Israel juga menyatakan jika terdapat terowongan dan gudang Amunisi.
Namun, saat militer Israel berhasil memporak porandakan tempat tersebut, militer Israel mengkaliam menemukan kamera berkarat, senjata, bukan terowongan dan gudang amunisi.
Pasukan Israel telah meminta evakuasi semua orang dari rumah sakit, namun karena ketidakmampuan beberapa pasien yang terluka dan sakit untuk pergi dengan berjalan kaki, beberapa dokter dan petugas kesehatan memilih untuk tetap mendampingi di rumah sakit. (ant/mii)
Load more