Lantaran sampai sekarang serangan agresi Israel semakin brutal yang tidak tahu kapan berhentinya akibat negosiasi gencatan senjata selalu gagal dari pihak Israel-Hamas.
Meninggalkan Rafah menjadi langkah penting agar posisi mereka terutama anak-anak masih aman. Walaupun hal tersebut masih samar-samar karena serangan brutal Israel menyerang ke seluruh kota yang ada di Gaza.
"Rafah adalah kota bagi anak-anak. Terdapat 600.000 anak laki-laki dan perempuan, namun mereka di bawah ancaman serangan militer, terjebak di Rafah, tanpa tempat yang aman untuk pergi," jelas Elder.
Diketahui, Elder juga melihat dari perjuangan yang dilakukan para orang tua setiap hari kepada anak-anaknya untuk terus berupaya menanamkan "harapan" kepada anak-anak mereka yang sudah mulai mengalami kelaparan dan ketakutan secara terus menerus.
Hal itu membuat kata "harapan" bisa saja berpotensi terhapus dari kamus yang ada di Gaza. Akibat kondisi anak-anak yang cenderung kelaparan dan ketakutan.
Oleh karena itu, Elder terus mendesak bagi siapa pun memiliki rasa empati terhadap ketakutan dan rasa sakit orang tua di Rafah untuk anak-anak mereka.
Bahwa masa kanak-kanak yang ada di Rafah akan kembali indah dan penderitaan terhenti, seperti sebelum Israel menyerang Gaza sejak Oktober 2023 lalu.
Load more