tvOnenews.com - Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada 11 April lalu, Asisten Sekretaris Jenderal PBB Miroslav Jenča mengungkapkan keprihatinan serius terhadap kejahatan Rusia terhadap penduduk sipil. Krisis kemanusiaan ini tak kunjung selesai karena Invasi Rusia ke Ukraina telah menimbulkan pelanggaran berat terhadap Piagam PBB dan hukum internasional. Tak hanya itu, invasi ini berakibat pada kerugian besar bagi rakyat Ukraina.
Sejak Februari 2022, Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB mencatat angka yang mencengangkan: 10.810 warga sipil tewas, termasuk 600 anak-anak, dan 20.556 warga sipil terluka, termasuk 1.357 anak-anak. Namun, ini hanya kasus yang tercatat, karena data lengkap sulit diperoleh akibat kurangnya akses ke wilayah yang diduduki sementara.
Dampaknya terasa luas di Ukraina, terutama dalam sektor pendidikan. Setiap sekolah rusak dan hancur, dengan lebih dari 3.500 institusi pendidikan terkena dampaknya. Hampir 400 sekolah bahkan hancur total.
Menurut perkiraan Bank Dunia, dibutuhkan sekitar USD 14 miliar untuk memulihkan infrastruktur pendidikan yang terpuruk akibat konflik.
Tragedi terus berlanjut, dengan jumlah korban yang terus meningkat. Pada bulan Maret 2024 saja, setidaknya 126 orang tewas dan 478 warga sipil luka-luka. Hal itu meningkat 20% dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini mencerminkan eskalasi kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut.
Salah satu tindakan terkutuk adalah rusia yang meledakkan HPP Kakhovka Ukraina yang merupakan pembangkit listrik tenaga air (hidro) terbesar di Ukraina yang menyebabkan masalah bagi sekitar 11 juta warga Ukraina.
Perwakilan PBB bahkan kesulitan mencapai tepi kiri Dnipro di wilayah Kherson dan menunjukkan kompleksitas dan eskalasi konflik yang terus berlanjut di Ukraina.
Miroslav Jenča mengingatkan akan urgensi untuk mengakhiri kekerasan dan mencegah lebih banyak penderitaan bagi rakyat Ukraina yang tak bersalah.
"Kita semua bertanggung jawab untuk mendukung upaya-upaya perdamaian dan kemanusiaan dalam menghadapi krisis ini karena dampaknya dirasakan oleh seluruh belahan dunia," ungkap Miroslav.(chm)
Load more