Sleman, DIY - Rusia dan Ukraina memulai perundingan damai setelah sekitar 4 hari terjadi konflik. Pertemuan delegasi kedua negara digelar di Gomel, Belarusia.
"Seharusnya pintu negosiasi dibuka selebar-lebarnya agar Amerika Serikat dan negara-negara Barat dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan Putin. Tanpa negosiasi, akibatnya justru akan fatal,” ujarnya dalam siaran pers Senin, (28/2/2022).
Muhadi menjelaskan konflik kedua negara berakar pada kecemasan Rusia terhadap Ukraina yang akan bergabung ke dalam NATO. Bagi Presiden Putin, ekspansi keanggotaan tersebut merupakan sinyal ‘pengkhianatan’ negara-negara pemenang Perang Dingin terhadap Rusia yang tak menghendaki perluasan NATO pasca-Perang Dingin.
"Saat ini, aksi NATO yang melakukan ekspansi keanggotaan ke wilayah timur mengancam posisi Ukraina sebagai 'benteng terakhir’ bagi Rusia. Jika Ukraina bergabung dengan NATO, perbatasan di antara Rusia dan NATO akan berhimpitan,” terangnya.
Apabila Ukraina bergabung ke NATO, kata Muhadi, maka persoalan yang lebih serius akan muncul. Oleh karenanya Rusia terlebih dahulu melancarkan manuver-manuver agresif sebelum hal itu benar-benar terjadi.
Salah satu caranya dengan menganeksasi Krimea, Donansk, dan wilayah-wilayah bagian timur guna menutup kemungkinan afiliasi NATO dengan Ukraina. Terlebih ada dugaan bahwa Rusia saat ini tengah dilanda kecemasan terhadap prospek hilangnya zona-zona penyangga (buffer zones) yang dapat menyokong keamanannya, khususnya Ukraina.
Load more