"Sejauh ini, dalam kasus-kasus tertentu, Cina bersikap sangat agresif, tetapi dalam kasus-kasus lainnya juga sangat responsif, misalnya terhadap AUKUS yang seolah-olah ‘mengepung’ Cina.
Respons Beijing terhadap pembentukan pakta tersebut sangat keras, meskipun hanya dalam taraf retorika. Satu-satunya yang akan membuat Cina akan bertindak sangat serius adalah kasus Taiwan,” ungkap Muhadi.
Lebih lanjut Muhadi menerangkan, konflik Rusia-Ukraina jika tidak segera diakhiri dapat berimbas ke dunia internasional. Sementara dampak langsung kepada Indonesia cenderung minim.
Akan tetapi, tahun ini Indonesia menjadi Presidensi G20 di mana Rusia, Uni Eropa, dan Amerika Serikat akan bertemu. Meskipun tidak membicarakan isu keamanan, forum ini kemungkinan besar dapat terdampak atau malah menjadi momen dialog, khususnya dalam isu kondisi ekonomi global.
Dalam catatan yang lebih mendesak, Muhadi menaruh perhatian pada konsekuensi humaniter yang dapat terjadi, khususnya terkait arus pengungsi yang mulai meninggalkan Ukraina.
“Setiap konflik selalu menjadikan warga sipil korban, baik secara sengaja maupun tidak. Akan tetapi, menjadi penting dan mendesak untuk menghindari terjadinya collateral damage (timbulnya kerusakan dan korban jiwa yang tidak diharapkan),” pungkas Muhadi. (Andri Prasetiyo/Buz).
Load more