Jakarta - Kepolisian ungkap fakta baru dari kasus penembakan di sebuah rumah sakit di Oklahoma yang menewaskan lima orang.
Menurut keterangannya, pelaku penembakan diketahui mengincar seorang dokter bedah.
Insiden penembakan tersebut menewaskan lima orang termasuk dokter bedah dan pelaku sendiri.
Penembakan tersebut terjadi karena pelaku yang menyalahkan dokter bedah tersebut atas nyeri punggung yang dideritanya pasca operasi.
Melansir dari Antaranews.com Jumat (3/6/2022), pelaku masuk ke gedung rumah sakit ST. Francis Health System di Tulsa dengan membawa senjata semiotomatis dan mulai menembak orang yang ditemuinya.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Kepolisian Tulsa, Wendell Franklin dala acara jumpa pers.
Dua dokter, seorang resepsionis dan seorang pasien tewas dalam penembakan tersebut.
"Tersangka datang dengan maksud untuk membunuh Dr Phillips dan siapa pun yang menghalanginya," ujar Franklin.
Dalam penyelidikannya pihak kepolisian menemukan sepucuk surat dari pelaku yang menjelaskan bahwa serangan tersebut sudah direncanakan.
Otoritas menyebut dua nama korban lain yaitu Amanda Glenn dan William Love.
"Mereka berdiri di lorong dan (tersangka) menembak mereka," lanjut Franklin.
Menurut kepolisian, pelaku tinggal di Muskogee, Oklahoa sekitar 80 km dari Tulsa.
Ia keluar rumah sakit pada 24 Mei setelah operasi punggung.
Kasus penembakan tersebut muncul usai dua pembunuhan massal lain yang sempat membuat warga AS terkejut.
Ketika kasus penembakan tersebut memicu perdebatan panjang soal pengendalian senjata dan peran kesehatan mental dalam kekerasan bersenjata yang menghantui negara.
"Sudah cukup. Ini harus dihentikan, rumah sakit adalah pilar masyarakat kita," ujar Chip Kahn Kepala Pelaksana Federasi Rumah Sakit Amerika.
Pelaku penembakan di Oklahoma diketahui membeli senapan di sebuah toko lokal pada hari penembakan.
Ia juga membeli sepucuk pistol di sebuah rumah gadai tiga hari sebelum penembakan.
Pelaku memarkirkan kendaraannya di lantai dua yang terhubung dengan gedung Natlie.
Ia kemudian masuk melalui pintu lantai dua dan berjalan ke gedung tersebut.
Polisi tiba di lokasi kejadian tiga menis usai menerima panggilan tentang insiden penembakan.
Saat petuga masuk ke dalam gedung terdengar suara tembakan di lantai dua.
Mereka menemukan korban dan tersangka lima menit kemudian.
"Ketika kami menerima panggilan itu kami datang dengan mengabaikan keselamatan kami sendiri dan kami masuk ke gedung itu untuk menghadapi ancaman."
"Filosofi kami adalah kami akan menghentikan ancaman itu dan kami akan melakukannya dengan cara apa pun yang diperlukan," jelas Franklin.
Kepala kepolisian terlihat berusaha membandingkan kerja pasukannya dengan para petugas di Uvalde, Texas yang menunggu sekitar satu jam sebelum menyerbu ke dalam kelas tempat penembakan di sekolah.
Dalam penembaka tersebut polisi menerima kritikan karena respon yang tertunda itu berakibar hilangnya nyawa murid dan dua guru.
Load more