Selama 17 abad, selubung abu itu melindungi Pompeii dari vandalisme, penjarahan, serta efek destruktif dari iklim dan cuaca.
Penemuan Mayat Penduduk Pompeii
Selama penggalian di Pompeii, sisa-sisa lebih dari seribu korban letusan 79 M telah ditemukan. Situs pompeiisites.org menyebutkan, selama fase pertama letusan, penduduk yang tidak meninggalkan kota, terjebak di rumah atau tempat perlindungan mereka. Masyarakat Pompeii terkubur oleh hujan batu apung dan lapili, atau mereka terbunuh oleh atap dan dinding yang runtuh. Puing-puing vulkanik yang berjatuhan di Pompeiim tingginya mencapai sekitar tiga meter. Dari korban-korban tersebut, hanya tulang-belulang yang ditemukan.
Setelah itu, aliran piroklastik bersuhu tinggi menghantam kota dengan kecepatan tinggi dan memenuhi semua tempat yang belum ditelan oleh material vulkanik lainnya. Sehingga siapa pun yang masih berada di kota itu, mati seketika karena sengatan panas.
Mayat para korban ini tetap dalam posisi yang sama seperti ketika aliran piroklastik menghantam mereka. Lapisan abu yang terkalsifikasi membuat bentuk tubuh mereka tetap terjaga bahkan setelah bahan biologis terurai. Berkat metode yang disempurnakan oleh Giuseppe Fiorelli, sejak tahun 1863 sedikit lebih dari seratus gips telah dibuat.
Para korban yang ditampilkan dalam etalase logam dan kaca, dipajang di Museo Pompeiano (Museum Pompeii) pertama yang dibuka oleh Fiorelli pada tahun 1873-1874. Mereka menjadi bukti dari tragedi 79 Masehi. (act)
Load more