Jakarta, 30/5 - Sektor ritel Inggris akan mengalami "tsunami penutupan" jika pemerintah tidak memperpanjang moratorium pada penegakan hutang yang agresif, demikian disampaikan kelompok lobi industri Konsorsium Ritel Inggris (BRC) sebagaimana dilansir Reuters, pada hari Minggu.
Mengutip data survei, dikatakan bahwa dua pertiga pengecer Inggris telah diberitahu oleh tuan tanah bahwa mereka akan dikenakan tindakan hukum untuk memulihkan sewa yang belum dibayar mulai 1 Juli ketika moratorium berakhir.
Banyak pengecer Inggris yang dianggap "tidak penting" sehingga harus menutup toko mereka selama beberapa kali penguncian COVID-19 dalam 15 bulan terakhir. Tercatat total hutang sewa sebesar 2,9 miliar pound atau setara 4,1 miliar dolar AS, kata BRC.
Pandemi telah menghantam sektor tersebut dan data industri menunjukkan satu dari tujuh toko sudah kosong.
Survei BRC menemukan 80 persen penyewa mengatakan beberapa tuan tanah telah memberi mereka waktu kurang dari setahun untuk membayar kembali tunggakan sewa.
Tanpa tindakan, akhir moratorium bisa membuat ribuan toko tutup, kata kepala eksekutif BRC Helen Dickinson.
Dia meminta pemerintah Inggris untuk mengizinkan tunggakan sewa yang menumpuk selama pandemi untuk dipagari dan moratorium pembayaran hutang ini diperpanjang hingga akhir tahun.
"Dengan adanya ini, semua pihak dapat mengerjakan solusi jangka panjang yang berkelanjutan, solusi yang berbagi rasa sakit yang ditimbulkan oleh pandemi secara lebih merata antara tuan tanah dan penyewa," katanya.
"Tanpa tindakan, pusat-pusat kota kita, jalan-jalan raya kita, dan pusat-pusat perbelanjaan kita yang menanggung akibatnya, menahan pemulihan ekonomi yang lebih luas.” (ito/reuters)
Load more