LIVESTREAM
img_title
Tutup Menu
News Bola Daerah Sulawesi Sumatera Jabar Banten Jateng DI Yogya Jatim Bali
Dokumentasi Ratu Elizabeth II kembali ke Istana Buckingham setelah menghadiri Pembukaan Parlemen Negara Bagian, di Gedung Parlemen, di Westminster, London.
Sumber :
  • ANTARA

70 Tahun Berkuasa, Ini Kisah Sukses Ratu Elizabeth II Selamatkan Monarki di Era Perubahan dengan Kekuatan Lembut

Ratu Inggris, Elizabeth II yang wafat di Istana Balmoral, Inggris, Kamis (8/9), memecahkan rekor demi rekor sebagai pucuk pimpinan Kerajaan Inggris yang paling lama memerintah. Ratu Elizabeth II menjadi simbol abadi Inggris, yakni negara di mana dia memerintah selama 70 tahun bahkan ketika Inggris terus berubah, mulai kehilangan jati diri kerajaannya dan mengalami pergolakan sosial.

Jumat, 9 September 2022 - 08:27 WIB

London - Ratu Inggris, Elizabeth II yang wafat di Istana Balmoral, Inggris, Kamis (8/9), memecahkan rekor demi rekor sebagai pucuk pimpinan Kerajaan Inggris yang paling lama memerintah.

Ratu Elizabeth II menjadi simbol abadi Inggris, yakni negara di mana dia memerintah selama 70 tahun bahkan ketika Inggris terus berubah, mulai kehilangan jati diri kerajaannya dan mengalami pergolakan sosial.

Beberapa komentator menggambarkan pemerintahan Elizabeth II sebagai "zaman keemasan" yang mengingatkan pada masa Ratu Elizabeth I, yang memerintah Inggris 400 tahun yang lalu selama periode pertumbuhan kekuasaan dan perkembangan budaya.

"Saya pikir kami (masyarakat Inggris) dipandang sebagian melalui prisma sang ratu yakni dari konsistensi, kebijaksanaan yang telah ditunjukkannya, semua itu terlihat jelas dalam cara orang memandang Inggris," kata Valerie Amos, mantan politisi yang juga politisi kulit hitam pertama yang ditunjuk oleh kerajaan untuk "Orde Garter" kuno.

Yang lain mengatakan bahwa pengaruh ratu berusia 96 tahun itu terhadap bangsa Inggris kurang mendalam dibandingkan dengan leluhurnya yang termasyhur, di mana kekuasaan kerajaan telah menyusut sejak zaman Ratu Elizabeth I.

Beberapa kritikus berpendapat bahwa Ratu Elizabeth II tidak meninggalkan bekas pemerintahan yang nyata, hanya sebuah institusi yang tidak sesuai untuk tujuan di dunia yang diwarnai dengan aspirasi egaliter, komentar media sosial yang tidak sopan dan pengawasan sepanjang waktu oleh outlet media terhadap anggota kerajaan.

Namun, warisan Ratu Elizabeth II masih tetap luar biasa, yakni memastikan monarki selamat dari era perubahan yang cepat.

Elizabeth naik takhta pada usia 25 tahun pada 6 Februari 1952, setelah kematian ayahnya George VI, ketika Inggris bangkit dari kehancuran Perang Dunia Kedua. Saat itu sistem penjatahan masih berlaku dan Winston Churchill menjabat perdana menteri.

Sejak saat Elizabeth II menjadi ratu, sejumlah presiden, paus, dan perdana menteri telah datang dan pergi. Uni Soviet telah runtuh dan zaman kerajaan Inggris telah berlalu digantikan oleh suatu Persemakmuran 56 negara yang di mana Elizabeth berperan penting dalam menciptakannya.

"Tidak ada kekuatan kerajaan lain yang mencapai hal semacam itu ... dan di Inggris, perubahan sosial dan ekonomi yang besar telah terjadi secara keseluruhan secara damai dan konsensual," kata Profesor Vernon Bogdanor, seorang ahli dalam sejarah konstitusi Inggris.

"Itu sangat luar biasa," ujar Bogdanor.

Era Elizabeth II?

Elizabeth I menghabiskan 44 tahun di atas takhta pada abad ke-16, yakni suatu periode yang dianggap sebagai zaman keemasan Inggris ketika ekonomi bertumbuh, pengaruh negara berkembang dan William Shakespeare menulis naskah dramanya yang masih dimainkan di seluruh dunia dan dianggap sebagai drama yang paling berpengaruh dalam bahasa apapun.

"Beberapa orang telah menyatakan harapan bahwa pemerintahan saya dapat menandai era Elizabeth yang baru," kata Ratu Elizabeth II dalam siaran Natalnya pada 1953.

"Terus terang, saya sendiri sama sekali tidak merasa seperti leluhur Tudor saya yang hebat," ujarnya.

Karena tidak pernah memberikan kesempatan wawancara atau membuat pandangan pribadinya tentang masalah politik, penilaian Ratu Elizabeth II tentang pemerintahannya sendiri sulit dipastikan.

Masa pemerintahan Ratu Elizabeth II adalah yang terpanjang dalam sejarah Inggris.

Seorang asisten senior kerajaan Inggris mengatakan kepada Reuters bahwa sang ratu akan menganggap penilaian terhadap warisan pemerintahannya sebagai hal yang perlu dinilai oleh orang lain.

Sejarawan konstitusi Inggris, David Starkey, mengatakan, Ratu Elizabeth II tidak menganggap perannya selaku ratu sebagai perwujudan periode sejarah, melainkan hanya suatu pekerjaan.

"Ia (Elizabeth II) tidak melakukan dan tidak mengatakan hal apa pun yang akan diingat oleh siapa pun. Dia tidak akan menyematkan namanya untuk suatu era. Atau, saya rasa, tidak juga untuk suatu hal lain," tulis Starkey pada 2015.

"Saya mengatakan ini bukan sebagai kritik tetapi hanya sebagai pernyataan fakta. Bahkan sebagai semacam pujian. Dan, saya kira, ratu akan menganggapnya seperti itu. Karena dia naik takhta hanya dengan satu niat: untuk menjaga keberlangsungan kerajaan (Inggris) terus berjalan."

Beberapa sejarawan dan penulis biografi lain mengatakan pandangan Starkey itu masih kurang untuk menggambarkan bagaimana Ratu Elizabeth II melakukan perannya dan bergerak seiring waktu.

"Dalam dunia yang semakin kacau, dia telah memberikan rasa stabilitas," kata Andrew Morton, penulis biografi Putri Diana pada 1992 yang menyebabkan pertengkaran di keluarga kerajaan.

Tekad sang ratu untuk melakukan perannya sebaik mungkin dan menahan diri untuk tidak menyuarakan pandangan apa pun yang dapat menyebabkan pelanggaran memberinya otoritas moral melebihi apa pun yang dia perintahkan hanya melalui posisinya sebagai ratu, kata beberapa orang.

"Apa yang berhasil dilakukan Ratu (Elizabeth II) adalah..  membawa monarkhi Inggris ke abad ke-21 sebaik mungkin," kata cucu sang ratu, Pangeran William, dalam film dokumenter pada 2012.

"Setiap organisasi perlu sering menilai dirinya sendiri, dan monarki adalah mesin yang terus berkembang dan saya pikir monarki benar-benar ingin mencerminkan masyarakat, ingin bergerak seiring waktu dan penting bahwa monarki melakukannya untuk kelangsungan hidupnya sendiri," ujar William.

Kekuatan lembut

Secara konstitusional, ratu atau raja Inggris memiliki sedikit kekuatan praktis dan diharapkan untuk menjadi non-partisan.

Namun, para sejarawan mengatakan Elizabeth telah menggunakan kekuatan "lembut" dan menjadikan monarki Inggris sebagai titik fokus pemersatu bagi bangsa di tengah perpecahan masyarakat yang besar.

Kekuatan lembut itu dicontohkan Ratu Elizabeth II melalui siarannya untuk meyakinkan publik pada awal pandemi Covid-19.

Selain segala keributan politik, sang ratu masih menyempatkan diri bertemu perdana menteri untuk suatu audiensi mingguan pribadi.

"Mereka melepaskan beban dari diri mereka atau mereka memberi tahu saya apa yang sedang terjadi atau jika mereka punya masalah, dan terkadang seseorang dapat membantu dengan cara itu juga," kata Ratu Elizabeth II dalam sebuah film dokumenter pada 1992.

"Mereka tahu bahwa seseorang, boleh dikatakan, bisa tidak bersikap memihak. Saya pikir agak menyenangkan untuk dapat merasa bahwa ada seseorang yang bertindak seperti semacam spons," ujar sang ratu.

Para mantan pemimpin pemerintahan Inggris mengatakan pengalaman Ratu Elizabeth II selama bertahun-tahun telah terbukti sangat membantu, memungkinkan mereka untuk berbicara dengan jujur tanpa takut percakapan mereka akan dipublikasikan.

"Anda bisa benar-benar jujur, bahkan sampai bersikap tidak bijaksana (saat berbicara) dengan ratu," kata John Major, perdana menteri Inggris periode 1990-1997.

Tony Blair, yang menggantikan Major dan menjadi perdana menteri selama satu dekade, mengatakan: "Ia (Ratu Elizabeth II) akan menilai situasi dan kesulitan dan dapat menggambarkannya tanpa pernah ... memberikan petunjuk apa pun tentang preferensi politiknya atau semacamnya. Sangat luar biasa untuk dilihat".

Beberapa sejarawan mengatakan Ratu Elizabeth II akan dipandang sebagai yang terakhir dari jenisnya, yakni seorang pemimpin kerajaan dari masa ketika para elit memerintahkan rasa hormat yang tidak perlu dipertanyakan lagi.

Namun, Ratu Elizabeth II masih mungkin menjadi salah satu tokoh yang terbesar di Inggris, menurut para sejarawan.

"Tidak ada keraguan bahwa dia akan berada di atas sana sebagai salah satu tokoh terbesar kerajaan Inggris, tidak hanya untuk umur panjangnya, tetapi juga untuk periode perubahan yang telah dia saksikan," kata Anna Whitelock, profesor sejarah monarki di Universitas London.

"Dan seperti Elizabeth I... (Elizabeth II) sama-sama berperan penting bagi Inggris dan juga bagi tempat Inggris di dunia," ujarnya. (Reuters/ant/ari) 

Komentar
Berita Terkait
Topik Terkait
Saksikan Juga
Jangan Lewatkan
Tiga Orang Jadi Tersangka Pengeroyokan Banser Tasikmalaya

Tiga Orang Jadi Tersangka Pengeroyokan Banser Tasikmalaya

Kepolisian Resor Tasikmalaya Kota menetapkan tiga tersangka kasus penganiayaan terhadap anggota organisasi Islam Barisan Ansor Serbaguna (Banser), Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang semuanya ditahan untuk menjalani proses hukum.
Menikmati Liburan Eksklusif dengan Salju dan Sakura di Jepang, Dijamin Bisa Bikin Ketagihan

Menikmati Liburan Eksklusif dengan Salju dan Sakura di Jepang, Dijamin Bisa Bikin Ketagihan

Kementerian Pariwisata Jepang sebut kawasan pegunungan Jepang jadi destinasi wisata unggulan, tawarkan pengalaman padukan keindahan alam, budaya, dan tradisi.
Di Depan Ayu Ting Ting, Ibunda Andre Taulany Bicara Jujur Soal Sikap Sang Komedian terhadap Keluarganya: Dia Orangnya Justru...

Di Depan Ayu Ting Ting, Ibunda Andre Taulany Bicara Jujur Soal Sikap Sang Komedian terhadap Keluarganya: Dia Orangnya Justru...

Setelah sekian lama, ibunda Andre Taulany yaitu Rasidah akhirnya blak-blakan di depan Ayu Ting Ting soal sikap putra kesayangannya ketika tidak sedang melawak.
Hasil Proliga 2025: Persaingan Ketat harus Dilalui Popsivo Polwan Demi Tumbangkan BJB Tandamata dalam Tiga Set

Hasil Proliga 2025: Persaingan Ketat harus Dilalui Popsivo Polwan Demi Tumbangkan BJB Tandamata dalam Tiga Set

Kehadiran para pemain asing baru seperti pevoli asal Ukraina, Anastasiia Kraiduba membuat Bandung BJB Tandamata bisa berbicara lebih banyak di Proliga 2025.
Padahal Megawati Hangestri Pernah Bilang Tidak Merayakan Natal, Tapi Sosok Berpengaruh di Red Sparks Ini Tetap Beri Mega...

Padahal Megawati Hangestri Pernah Bilang Tidak Merayakan Natal, Tapi Sosok Berpengaruh di Red Sparks Ini Tetap Beri Mega...

Beberapa waktu lalu, Megawati Hangestri sempat mendapat pertanyaan dari salah satu staf Red Sparks tentang hadiah yang diinginkan pada perayaan natal tahun ini.
Pakar Hukum Ragukan Kerugian Negara Rp300 Triliun Dibalik Kasus Timah, Ini Alasannya

Pakar Hukum Ragukan Kerugian Negara Rp300 Triliun Dibalik Kasus Timah, Ini Alasannya

Pakar Hukum Pidana Chairul Huda tanggapi nilai kerugian keuangan negara Rp300 triliun dalam dugaan kasus korupsi di wilayah IUP PT Timah Tbk, periode 2015-2022.
Trending
Top 3 Sport: Red Sparks Tak Incar Puncak Klasemen, Ko Hee-jin Pilih Vanja Bukilic Jadi MVP, Megawati Hangestri Cabut Musim Depan?

Top 3 Sport: Red Sparks Tak Incar Puncak Klasemen, Ko Hee-jin Pilih Vanja Bukilic Jadi MVP, Megawati Hangestri Cabut Musim Depan?

Rangkuman artikel sport terpopuler di tvOnenews.com pada Jumat (3/1/2025). Kiprah Megawati Hangestri di Korea bersama Red Sparks masih yang paling banyak dibaca
Meski Ada Ole Romeny, Timnas Indonesia Mustahil Menang Lawan Australia Kata Media China, Skuad Shin Tae-yong akan...

Meski Ada Ole Romeny, Timnas Indonesia Mustahil Menang Lawan Australia Kata Media China, Skuad Shin Tae-yong akan...

Media China berani prediksi Timnas Indonesia tidak akan bisa menang lawan Australia walau ada Ole Romeny, Skuad Shin Tae-yong lawan Australia pada Maret 2025.
Tiba-tiba Saja FIFA Yakin Kalau Timnas Indonesia Bakal Lolos ke Piala Dunia 2026, Sebut Wonderkid Liga Inggris Ini akan Jadi Penentunya

Tiba-tiba Saja FIFA Yakin Kalau Timnas Indonesia Bakal Lolos ke Piala Dunia 2026, Sebut Wonderkid Liga Inggris Ini akan Jadi Penentunya

Sambil menyebut wonderkid Liga Inggris ini, FIFA tiba-tiba cukup percaya diri kalau Timnas Indonesia arahan Shin Tae-yong bakal melaju ke Piala Dunia 2026.
Hadir sebagai Bintang Tamu di Podcast Thom Haye, Coach Justin Kembali Jadi Bahan Cemooh Netizen Indonesia: Undang yang Lain Saja!

Hadir sebagai Bintang Tamu di Podcast Thom Haye, Coach Justin Kembali Jadi Bahan Cemooh Netizen Indonesia: Undang yang Lain Saja!

Drama bola panas nampaknya belum mereda dari Coach Justin yang belakangan ini mendapatkan serangan dan cemooh dari netizen Indonesia.
Relakan Proliga 2025, Megawati Hangestri Ungkap Alasan Perpanjang Kontrak dengan Red Sparks

Relakan Proliga 2025, Megawati Hangestri Ungkap Alasan Perpanjang Kontrak dengan Red Sparks

Perubahan jadwal kompetisi di Indonesia membuat Megawati Hangestri akan tetap membela timnya di Korea Selatan, Red Sparks. 
Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan Dijadikan Alat Promosi, Pejabat Klub Korea Singgung Soal Gaji Pemain ASEAN: 2,2 M Lebih Baik untuk Beli ...

Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan Dijadikan Alat Promosi, Pejabat Klub Korea Singgung Soal Gaji Pemain ASEAN: 2,2 M Lebih Baik untuk Beli ...

Asnawi Mangkualam memperkuat dua klub K-League 2, Ansan Greeners dan Jeonnam Dragons. Terbaru, Pratama Arhan menjadi pemain pertama Indonesia yang bermain di kasta tertinggi Liga Korea Selatan, K-League 1 bersama Suwon FC.
Media Australia Tutup Mata atas Pencapaian Timnas Indonesia, Justru Sebut Thailand dan Vietnam sebagai Kekuatan Utama ASEAN: Tak Tergoyahkan

Media Australia Tutup Mata atas Pencapaian Timnas Indonesia, Justru Sebut Thailand dan Vietnam sebagai Kekuatan Utama ASEAN: Tak Tergoyahkan

Media Australia menyebut Thailand dan Vietnam sebagai kekuatan utama di sepak bola ASEAN, bukan Timnas Indonesia yang justru telah menahan imbang Socceroos beberapa waktu lalu.
Selengkapnya
Viral