Yasinuf mengatakan bahwa orang tuanya memberitahukan bahwa mereka kehabisan persediaan makanan meskipun sebelumnya mereka telah mengisi persediaan sebelum masa lockdown.
Orang tua Yasinuf bertahan hidup dengan memakan adonan mentah yang terbuat dari bahan seadanya. Ia enggan memberitahu nama keluarganya karena takut akan pembalasan terhadap keluarganya.
Yasinuf mengaku dirinya tidak bisa fokus untuk belajar dan tidak tidur dalam beberapa hari terakhir karena memikirkan kerabatnya di Ghulja yang menyebabkan dirinya terjaga di malam hari.
“Suara mereka selalu ada di kepala saya,mengatakan hal-hal seperti saya lapar, tolong bantu kami,” katanya.
Lebih lanjut, dalam sebuah konferensi pers, Gubernur setempat meminta maaf atas kekurangan dalam tanggapan pemerintah terhadap virus corona. Meskipun pihak berwenang mengakui keluhan tersebut, tim sensor bekerja untuk membungkam mereka dengan menghapus beberapa postingan dari media sosial.
Beberapa orang di wilayah tersebut mengatakan kepada AP bahwa memposting online yang mencerminkan sifat lockdown yang mengerikan. Namun, mereka menolak untuk merinci situasi disana dengan alasan bahwa mereka takut akan pembalasan.
Pada Senin (12/9/2022) waktu setempat, polisi mengumumkan penangkapan enam orang karena menyebarkan desas-desus tentang lockdown, termasuk memposting tentang seorang anak yang meninggal dan dugaan bunuh diri. Karena hal itu dianggap mengganggu ketertiban sosial.
Load more