Jakarta - Ratusan masyarakat Hong Kong berbaris di depan Konsulat Jenderal Inggris selama berjam-jam setiap harinya untuk memberi penghormatan kepada Ratu Elizabeth II. Masyarakat Hong Kong meninggalkan tumpukan bunga dan catatan tulisan tangan mereka.
Setelah kematiannya pada Kamis (8/9/2022) lalu, beberapa warga Hong Kong bernostalgia dengan apa yang mereka pandang sebagai zaman keemasan masa lalu di bawah pemerintahan kolonial Inggris yang tidak sepenuhnya demokratis.
Masyarakat Hong Kong pada zaman kolonial di bawah kepemimpinan kolonial Inggris, biasanya menyebut Ratu Elizabeth II dengan sebutan ‘Bos Wanita’.
“Kami biasanya memanggilnya ‘Bos Wanita’ ketika kami berada di bawah kekuasaannya. Itu hanya cara bentuk rasa hormat padanya,” kata CK Li seorang warga Hong Kong yang mengantri lebih dari dua jam untuk memberi penghormatan, dikutip dari APTN, Jumat (16/9/2022).
“Orang-orang di Hong Kong mencintainya,” kata Eddie Wong penduduk yang berusia 80 tahun.
“Karena ketika kami berada di bawah pemerintahannya, kami menikmati demokrasi dan kebebasan dan kami sangat berterima kasih. Saya ingin mengucapkan selamat tinggal kepada Ratu yang ada di surga,” tambah Eddie.
Mantan ketua partai Demokrat dan mantan anggota parlemen Emily Lau Masyarakat Hong Kong masih merasakan emosi kepergian sang Ratu, mengingat situasi politik kota dan perjuangannya dalam memerangi COVID-19.
"Ada beberapa yang benar-benar bernostalgia dan memiliki perasaan sentimental terhadap Ratu, tetapi ada juga orang yang memiliki keluhan tentang situasi saat ini di Hong Kong," kata Emily Lau.
Pada saat yang sama, tokoh masyarakat di Hong Kong sedang diteliti atas tanggapan mereka terhadap kematian Ratu, dan menuai kritik jika mereka dipandang terlalu mengagumi pemerintahannya atau pemerintahan Inggris secara umum.
Pemerintahan Inggris di Hongkong menguntungkan wilayah itu dalam beberapa hal, tetapi kolonialisme pada akhirnya berbahaya bagi hegemoni dan rasismenya.(mg2/chm)
Load more