Jakarta - Sebuah kapal ilmiah China penuh dengan peralatan pengawasan berlabuh di pelabuhan Sri Lanka. Terlihat ratusan kapal penangkap ikan bukan milik China berlabuh selama berbulan-bulan di antara pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan.
Negara ini meluncurkan kapal induk pertama yang dirancang dan dibangun di dalam negeri pada Juni, dan setidaknya lima kapal perusak baru sedang dalam perjalanan.
China meningkatkan kegiatan militernya di sekitar pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri, mencari perjanjian keamanan baru dengan pulau-pulau Pasifik dan membangun pulau-pulau buatan di perairan yang disengketakan untuk memperkuat klaim teritorialnya di Laut China Selatan, yang ditentang oleh AS dan sekutunya.
Di Kepulauan Spratly di Laut China Selatan, misalnya, China membayar kapal komersial lebih dari yang bisa mereka hasilkan dengan menangkap ikan hanya untuk menjatuhkan jangkar selama minimal 280 hari setahun untuk mendukung klaim Beijing atas kepulauan yang disengketakan.
Filipina, Malaysia, Vietnam dan lainnya juga memiliki klaim atas Kepulauan Spratly, yang terletak di daerah penangkapan ikan dan jalur pelayaran penting, serta diperkirakan menyimpan cadangan gas alam dan minyak yang belum dimanfaatkan.
“Tetapi kapal-kapal China menghadang kapal pukat lain untuk menangkap ikan di daerah itu, dan perlahan-lahan menggusur mereka dari lahan, dengan sedikit yang bisa dilakukan pemerintah,” kata Jay Batongbacal,kepala Institut Urusan Maritim dan Hukum Filipina Universitas Filipina, dikutip dari APNewsroom, Sabtu (23/9/2022).
Load more