Juru bicara polisi Paisan Luesomboon mengatakan kepada penyiar ThaiPBS bahwa pria bersenjata itu telah menghadiri sidang pengadilan sehubungan dengan kasus narkoba sebelumnya pada hari Kamis dan telah pergi ke pusat penitipan anak untuk menemukan anaknya, tetapi anak itu tidak ada di sana.
"Dia sudah stres dan ketika dia tidak dapat menemukan anaknya, dia lebih stres dan mulai menembak," kata Paisan, menambahkan bahwa dia kemudian pulang dan membunuh istri dan anaknya di sana sebelum mengambil nyawanya sendiri.
Undang-undang senjata sangat ketat di Thailand, di mana kepemilikan senjata api ilegal diancam hukuman penjara hingga 10 tahun, tetapi kepemilikannya tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lain di kawasan itu.
Namun, penembakan massal jarang terjadi. Pada tahun 2020, seorang tentara yang marah atas kesepakatan properti yang memburuk menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai 57 lainnya dalam amukan yang membentang di empat lokasi.
Pelaku Mantan Polisi
Penembakan massal dilakukan oleh seorang mantan polisi di sebuah pusat penitipan anak di timur laut Thailand.
Dalam insiden tersebut dikabarkan lebih dari 30 orang meninggal dunia. 23 diantaranya adalah anak-anak, sementara korban lainnya terdiri dari 2 orang guru dan 1 orang polisi.
Load more