Jakarta - Gelombang drone “kamikaze” berbahan peledak melanda ibu kota Ukraina pada Senin (17/10/2022). Sejumlah bangunan terbakar dan berlubang akibat dari serangan drone tersebut. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan ini adalah upaya Rusia untuk meneror warga sipil nya.
Penggunaan drone Kamikaze yang terkonsentrasi ini adalah serangan kedua dalam beberapa minggu, setelah berbulan-bulan serangan udara sudah jarang terjadi di pusat kota Kiev.
Serangan itu menabur ketakutan saat ledakan mengguncang kota. Fasilitas energi diserang dan satu drone “kamikaze’ meruntuhkan sebagian besar bangunan perumahan yang menewaskan empat orang.
Serangan udara Rusia ke kota Kiev sebelumnya sebagian besar dilakukan dengan rudal. Analis percaya drone Shahed yang bergerak lebih lambat dapat diprogram untuk secara akurat mencapai target tertentu dengan menggunakan GPS, kecuali jika sistem gagal.
Wali Kota Kiev, Vitali Klitschko mengatakan serangan drone “kamikaze” pada Senin (17/10/2022) kemarin datang dalam 28 gelombang berturut-turut. Banyak orang mengkhawatirkan serangan itu bisa menjadi mode serangan yang lebih umum, karena menipisnya stok rudal presisi jarak jauhnya Rusia.
“Lima drone terjun di kota Kiev dengan sendirinya. Setidaknya, total ada 13 drone berhasil ditembak jatuh. Semua drone tersebut terbang dari arah selatan," kata juru bicara Angkatan Udara Ukraina dilansir dari AP News (18/10/2022).
Satu serangan tampaknya menargetkan titik jaringan kota, mengenai pusat operasi kota. Drone yang lainnya menabrak bangunan tempat tinggal berlantai empat, meruntuhkan setidaknya tiga apartemen. Empat mayat ditemukan, termasuk seorang wanita tua, seorang pria, dan seorang wanita yang hamil 6 bulan dan suaminya.
Seorang fotografer AP News menangkap gambar salah satu drone di kameranya. Sayap drone tersebut berbentuk segitiga dan hulu ledak yang runcing terlihat dengan jelas.
"Sepanjang malam, dan sepanjang pagi, musuh meneror penduduk sipil," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Dalam pidato yang disiarkan televisi kepada negara itu pada Senin malam, Zelenskyy mengatakan Rusia menggunakan drone tersebut karena kalah dalam berperang.
"Rusia tidak memiliki kesempatan di medan perang, dan mencoba untuk mengkompensasi kekalahan militernya dengan teror," katanya. "Mengapa teror ini? Untuk menekan kami, di Eropa, di seluruh dunia.”
Zelenskyy, melalui Dinas Intelijen Ukraina, menuduh Rusia memesan 2.400 drone dari Iran. Rusia telah mengubah merek mereka menjadi drone Geran-2, "geranium" dalam bahasa Rusia. Sebuah foto puing-puing dari salah satu serangan menunjukkan "Geran-2" ditandai pada sirip ekor drone yang hancur.
Setelah berbulan-bulan serangan di pusat kota Kiev sudah jarang terjadi, serangan baru-baru ini kembali membuat negara dan ibukotanya kembali gelisah.(mg8/chm)
Load more