Internasional - Kondisi negara Rusia semakin mencekam. Pasalnya, 30.000 lebih pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang ditempatkan di negara Balkan dan Batik telah meninggkat dua kali lipat.
Bahkan, di depan para perwira meliter Belarus, Jenderal Sergey Shoigu katakan, bahwa jumlah pasukan tersebut belum final dan diprediksi akan kembali bertambah delam waktu dekat.
"Kontingen telah bertambah besar dua setengah kali menjadi lebih dari 30.000 orang sejak Februari, dan mungkin bertambah lagi dalam waktu terdekat," ucap Shoigu seperti yang dilansir dari VIVA, Rabu (2/11/2022).
Kapal bulk Arizona berbendera Liberia terlihat di pelabuhan Pivdennyi setelah memulai lagi ekspor gandum, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di dekat kota Yuzhne, Ukraina, Senin (8/8/2022).
Selain itu, Jenderal Sergey Shoigu katakan, aksi militer Amerika dan negar-negara NATO tak cuma membahayakan Rusia semata. Namun juga bagi Belarus, dan negara-negara yang menjadi sekutu Negeri yang dikenal dengan julukan Beruang Merah itu.
Jenderal Sergey Shoigu sebutkan, Amerika dan NATO tengah mengambil langkah untuk menghancurkan ekonomi negara. Bahkan secara tegas ia katakan, Amerika dan NATO akan menghabisi kekuatan Rusia dalam kebijakan luar negeri dan tentu kekuatan militer.
Maka, Jenderal Sergey Shoigu katakan, pertahanan kedua negara adalah tugas prioritas dari Negara Kesatuan Federasi Rusia dan Belarusia.
"Tujuan akhir Barat dalam konfrontasinya dengan Rusia adalah untuk menghancurkan ekonominya, potensi militernya, dan menghilangkan kemampuannya untuk melakukan kebijakan luar negeri yang independen," ujarnya.
Untuk diketahui, pasca agresi militer Rusia ke Ukraina, NATO langsung melakukan respons dengan peningkatan pasukan militer yang ditempatkan di Slovakia, Hongaria, Rumania, dan Bulgaria. Selain itu, NATO juga menempatkan personel di Polandia, Lituania, Latvia, dan Estonia.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan, pada Juli 2022, pasukan respons cepat NATO akan meningkat tujuh kali lipat menjadi lebih dari 300.000.
Selain itu, NATO juga setuju untuk membentuk empat kelompok tempur ukuran batalion baru di tujuh negara tersebut.
Sebelumnya diberitakan tim tvonenews.com, Uni Eropa (EU) mengutuk keputusan Rusia yang menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan biji-bijian Laut Hitam guna melanjutkan ekspor dari Ukraina.
"Keputusan Rusia yang tidak dapat dibenarkan untuk menangguhkan partisipasinya dalam inisiatif biji-bijian Laut Hitam PBB, menghalangi ekspor biji-bijian yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi krisis pangan global," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri EU Josep Borrell dalam sebuah pernyataan, Senin (31/10/2022).
Borrell mengatakan perjanjian penting itu telah membuat perbedaan signifikan dengan membawa lebih dari 9 juta ton biji-bijian dan bahan pangan ke pasar global serta negara-negara yang membutuhkan.
"Tindakan sengaja Rusia, termasuk menghancurkan stok, mengganggu produksi, dan memberlakukan pembatasan kuota pada ekspor bahan makanan dan pupuknya sendiri telah memperburuk krisis ketahanan pangan global," kata Borrell.
Uni Eropa menuding Rusia menggunakan pangan dan kelaparan sebagai senjata, Borrell mendesak Moskow untuk membatalkan keputusannya dan segera melanjutkan kembali perannya dalam kesepakatan Laut Hitam.
“Uni Eropa sangat mendukung seruan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk perpanjangan inisiatif di luar periode saat ini yang berakhir pada November,” kata dia.
Pada Minggu (30/10), Turki, PBB, dan Ukraina menyetujui rencana pergerakan 16 kapal pengangkut gandum yang berada di perairan Turki.
Pusat Koordinasi Gabungan (JCC) yang berbasis di Istanbul, yang mengawasi pengiriman berdasarkan kesepakatan itu, mengatakan tiga delegasi yang mewakili elemen maritim Rusia, Turki, dan Ukraina juga setuju untuk melakukan inspeksi terhadap 40 kapal keluar pada Senin.
JCC menambahkan bahwa pihak Rusia telah diberitahu tentang perkembangan tersebut.
Sebelumnya, Rusia mengumumkan keputusannya untuk menarik diri dari kesepakatan untuk mengekspor gandum Ukraina setelah serangan terhadap armadanya di Laut Hitam.
- Rusia Mundur dari Kesepakatan Biji-Bijian Laut Hitam
Rusia menarik diri dari pakta perizinan ekspor produk biji-bijian ke pasar dunia. Di mana Rusia menghentikan perannya dalam kesepakatan Laut Hitam sampai jangka waktu tidak terbatas. Menanggapi hal tersebut, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden menyebut langkah Rusia sangat keterlaluan dan hal itu akan meningkatkan kelaparan.
Rusia tidak dapat menjamin keselamatan kapal sipi yang bepergian berdasarkan pakta tersebut, karena terdapat penyerangan pada armada Laut Hitamnya.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, Ukraina menyerang Armada Laut Hitam Rusia di dekat Sevastopol dengan 16 pesawat tak berawak, dan menuduh Angkatan Laut Inggris Khusus telah membantu mengkoordinasikan serangan tersebut.
Langkah Rusia dalam memotong pengiriman biji-bijian utama seperti gandum, jagung, produk bunga matahari, barley, rapeseed, dan kedelai telah memicu kecaman dari Ukraina, Uni Eropa, NATO, dan Amerika Serikat, sementara PBB dan Turki telah menjadi perantara dalam kesepakatan tersebut agar krisis pangan global dapat mereda.
Akibat keputusan Rusia, harga gandum Chicago telah melonjak lebih dari 5 persen pada Senin (31/10/2022). Dikarenakan Rusia dan Ukraina adalah salah satu pengekspor gandum terbesar di dunia. Kegiatan ekspor itu terganggu akibat invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022. (ant/chm/Aag)
Load more