Jakarta - Lonjakan kasus Covid-19 menyebabkan lockdown di pusat manufaktur Guangzhou, China.
Hal itu mengakibatkan terganggunya rantai pasokan global yang menekan keuangan dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi di negara dengan label ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Penduduk yang ada di Guangzhou, China sekitar 5 juta orang dan telah diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah sampai Minggu.
Dari satu keluarga yang diperbolehkan keluar hanya satu orang saja itupun hanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
“Kebijakan tersebut diambil setelah dilaporkan adanya 2.500 kasus baru dalam 24 jam sebelumnya, yang mana sekitar 13 juta penduduk ada di kota itu,” menurut media pemerintah, dikutip dari APNews, Rabu (9/11/2022).
“Moda transportasi umum dan sekolah telah diberhentikan sementara di Guangzhou. Penerbangan ke Beijing dan kota-kota besar lainnya juga dibatalkan,” tambahnya.
Perbatasan negara sebagian besar tetap ditutup, perjalanan dan perdagangan internal di bawah pengawasan ketat karantina.
Imbas pembatasan ketat ini memicu konflik antara masyarakat dan pejabat setempat.
Presiden Xi Jinping menolak seruan dari Organisasi Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melonggarkan kebijakan.
Presiden Xi Jinping juga menolak permintaan untuk merilis banyak informasi tentang sumber virus, serta menolak impor vaksin asing. (mg4/put)
Load more