Jakarta - Percekcokan antara Presiden Joe Biden dengan Vladimir Putin tidak terjadi, tetapi dampak dari invasi Rusia ke Ukraina dan meningkatnya ketegangan antara China dan Barat akan mencuat ketika para pemimpin ekonomi terbesar dunia berkumpul menghadiri KTT G20 di Bali (15/11/2022).
Konflik yang menelan waktu hampir sembilan bulan ini telah menggacaukan perdagangan minyak, gas alam, biji-bijian, dan mengalihkan sebagian besar fokus KTT ke ketahanan pangan dan energi.
Amerika Serikat dan sekutu di Eropa dan Asia semakin siap untuk menghadapi China yang lebih tegas, mereka meninggalkan negara-negara berkembang G20 seperti Brasil, India, dan Indonesia untuk berjalan di kekuatan yang lebih besar.
Presiden Joko Widodo berupaya untuk menjembatani keretakan dalam tubuh G20 atas perang di Ukraina. Diketahui Joko Widodo menjadi pemimpin Asia pertama yang menyambangi Rusia dan Ukraina sejak terjadi invasi di musim panas lalu.
Beliau mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, meskipun bukan bagian dari G20, Zelenskyy diharapkan untuk berpartisipasi dalam KTT tersebut secara online.
Direktur Pusat Studi Ekonomi dan Hukum, Bhima Yudhistira mengatakan “Salah satu prioritas Jokowi adalah meredakan ketegangan perang dan risiko geopolitik,” ujarnya. Dikutip dari APNews.com (13/11/2022)
KTT G-20 tahun lalu di Roma adalah pertemuan langsung pertama para anggota sejak pandemi, meskipun para pemimpin Rusia dan China tidak hadir.
Ketika para pemimpin bersaing dengan konflik dan ketegangan geopolitik, mereka menghadapi risiko bahwa upaya untuk menjinakkan inflasi akan memadamkan pemulihan pasca pandemi.
Dampak perang dirasakan dari desa-desa terpencil di Asia dan Afrika hingga industri paling modern. Hali ini berdampak pada pasokan energi, pengiriman dan keamanan pangan, mendorong harga naik tajam dan mempersulit upaya untuk menstabilkan ekonomi dunia setelah pandemi.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mendesak G20 untuk memberikan bantuan keuangan bagi negara berkembang.
“Prioritas saya di Bali adalah berbicara untuk negara-negara di Selatan Dunia yang telah terpukul oleh pandemi COVID-19 dan darurat iklim, dan sekarang menghadapi krisis pangan, energi dan keuangan – diperburuk oleh perang di Ukraina dan kehancuran. utang,” kata Guterres dilansir dari APNews.com (13/11)
Pada KTT G-20 nanti yang akan menjadi sorotan adalah pertemuan langsung pertama antara Joe Biden dan Xi Jinping, sejak Biden menjadi presiden pada Januari 2021.
Sebagai informasi, AS dan China berselisih karena beberapa masalah, mulai dari hak asasi manusia, teknologi, dan masa depan pulau Taiwan yang diperintah sendiri. AS menganggap China sebagai pesaing global terbesarnya, dan terlihat dari Beijing yang berupaya terus menerus memperluas pengaruhnya.
Uni Eropa juga menilai kembali hubungannya dengan China karena berusaha mengurangi ketergantungan perdagangannya pada China.
Biden mengatakan dia berencana untuk berbicara dengan Xi tentang topik termasuk Taiwan, kebijakan perdagangan, dan hubungan Beijing dengan Rusia .
"Yang ingin saya lakukan adalah menjelaskan masing-masing garis merah kita," kata Biden pekan lalu. (mg4/ebs)
Load more