Jakarta, tvOnenews.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut budidaya opium di Myanmar meningkat setelah junta mengambil alih kekuasaan pada 2021.
Berdasarkan laporan Myanmar Opium Survey 2022: Cultivation, Production and Implications, budidaya opium di Myanmar meningkat 33 persen.
"Musim tanam penuh pertama sejak pengambilalihan oleh militer menunjukkan peningkatan 33 persen di area budidaya. Ini menjadi 40.100 hektare. Peningkatan potensi hasil sebesar 88 persen menjadi 790 metrik ton," demikian laporannya dikutip pada Jumat (27/1/2023).
“Gangguan ekonomi, keamanan dan tata kelola yang menyusul pengambilalihan militer pada Februari 2021 saling bertumpuk. Petani di daerah terpencil yang rawan konflik seperti di Shan utara dan daerah perbatasan lainnya hanya memiliki sedikit pilihan selain kembali ke opium,” ujar Perwakilan Regional UNODC (Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Narkoba dan Kejahatan) Jeremy Douglas.
Laporan tersebut mengungkapkan peningkatan yang paling signifikan dilaporkan di Shan.
Budidaya meningkat sebesar 39 persen diikuti Chin 14 persen, Kayah 11 persen dan Kachin 3 persen.
“Estimasi rata-rata hasil opium juga meningkat sebesar 41 persen menjadi 19,8 kilogram per hektare. Ini merupakan nilai tertinggi sejak UNODC mulai menghitungnya pada tahun 2002. Angka tersebut menunjukkan praktik pertanian yang semakin canggih dan ketersediaan pupuk,” jelas laporan tersebut.
Load more