Selain itu, Adian mengaku pihaknya mempelajari banyak literasi soal penyelesaian konflik, pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan politik identitas.
Dia mengatakan pihaknya tidak ingin Capres 2024 yang diusung memiliki latar belakang yang buruk kepada masyarakat.
"Ini sekian lama kita buat. Kita cari literasinya, kita belajar bagaimana penyelesaian konflik. Pelanggaran HAM, misalnya di Afrika Selatan, kita belajar Nelson Mandela. Kita belajar bagaimana kemudian simposium tentang politik identitas di Wina tahun 1994. Kita coba mencari, kita elaborasi berhari-hari, berminggu-minggu. Jadi, kita berharap negara ini tidak dipimpin oleh 1-2 orang karena harusnya dipimpin oleh konstitusi," imbuhnya. (lpk/nsi)
Load more