Buya Hamka memiliki nama asli Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Dia adalah seorang ulama, sastrawan, dan tokoh pergerakan nasional Indonesia yang lahir pada 17 Februari 1908 di Sungai Batang, Agam, Sumatera Barat, dan meninggal pada 24 Juli 1981 di Jakarta.
Hamka dikenal sebagai seorang ulama yang aktif dalam gerakan keagamaan dan politik. Ia pernah menjadi anggota Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan ikut serta dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, ia juga dikenal sebagai seorang penulis buku-buku Islam yang populer, seperti Tafsir Al-Azhar dan Ayat-ayat Suci.
Selain karya-karya Islam, Hamka juga menulis novel-novel terkenal, seperti Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal van der Wijck.
Buya Hamka saat menyampaikan khutbah Idul Fitri di halaman masjid Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta, pada 15 September 1977. (Foto: Perpusnas)
Novel-novel tersebut dianggap sebagai karya sastra terbaik dalam bahasa Indonesia dan diadaptasi ke dalam berbagai bentuk media.
Pendidikan formalnya dimulai di sekolah desa setempat, kemudian melanjutkan pendidikan di Padang, dan belajar agama Islam di Mekkah.
Setelah itu, ia memperoleh gelar sarjana dari al-Azhar University di Kairo, Mesir, dan meraih gelar doktor dari Universitas Aligarh, India.
Buya Hamka dikenal sebagai tokoh yang sangat menghargai pluralisme dan toleransi. Ia menolak pemikiran sempit dan fanatisme agama. Warisan dan pemikirannya masih menjadi inspirasi bagi banyak orang di Indonesia dan luar negeri.
Buya Hamka aktif terlibat dalam pergerakan nasional Indonesia untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Pada tahun 1927, ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI) dan menjadi aktivisnya.
Pada masa itu, ia aktif mengadakan pengajian dan ceramah untuk mempersiapkan umat Islam dalam menghadapi kolonialisme dan modernitas.
Hamka juga pernah menjadi anggota Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), sebuah organisasi politik yang didirikan pada tahun 1943 yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Buya Hamka saat menyampaikan khutbah Idul Fitri di halaman masjid Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta, pada 15 September 1977. (Foto: Perpusnas)
Selain itu, ia juga menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) dan membantu menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Setelah Indonesia merdeka, Buya Hamka menjadi anggota Dewan Konstituante yang bertanggung jawab untuk menyusun Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang baru.
Ia juga menjadi anggota MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) dan beberapa kali ditunjuk sebagai duta besar Indonesia di luar negeri.
Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, Buya Hamka juga menulis dan menyebarkan tulisan-tulisannya melalui majalah dan surat kabar. Ia menyebarkan pemikiran-pemikiran nasionalis dan mengajarkan nilai-nilai keadilan dan kebebasan.
Kiprah Buya Hamka untuk kemerdekaan Indonesia tidak hanya terbatas pada perjuangan fisik melawan penjajah, tetapi juga melalui pengajaran dan penulisan yang mempengaruhi pemikiran banyak orang di Indonesia dan menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan kebangsaan di masa yang akan datang.
Load more