Pacitan, Jawa Timur - Kisah kehidupan yang memprihatinkan dialami satu keluarga di Pacitan. Selain hidup di bawah garis kemiskisnan, empat bersaudara ini hidup dalam kegelapan. Sejak dilahirkan hingga usia lanjut, mereka mengalami kebutaan. Keluarga ini adalah Tukiyem, Suminem, Tukijah dan Tukinah. Keluarga ini tinggal di RT 01 RW 09 Dusun Bendo, Desa Bodag, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan. Mereka hanya mengandalkan kepekaan mata batin saja. Semua aktivitas dikerjakan dengan gotong royong. Kini keluarga ini hanya tinggal empat orang perempuan saja. Sadimin telah meninggal dunia beberapa bulan lalu. Hebatnya, meski tinggal empat orang perempuan, mereka tak pernah mengeluh.
“Kami dilahirkan dari keluarga miskin yang serba terbatas, dapat menyambung hidup dengan makan seadanya. Kemana-mana hanya bisa menghafal dari panca indera mata batin saja. Kalo jalan jarak jauh pernah terjatuh hingga lupa jalan pulang,” kata Tukiyem.
Menurut cerita orang, orang tua kami adalah pasangan Giman dan Tumi. Keduanya dapat melihat seperti manusia normal. Akan tetapi apa yang membuat mereka terlahir dengan kebutaan, hingga kini belum dapat terungkap. Di usianya yang telah lanjut, mereka hanya bisa pasrah dan pantang mengeluh kepada Yang Maha Kuasa.
“Orangtua saya dulu katanya orang tidak buta mas. Semua hanya bisa pasrah saja. Tidak ada beras, ketela pun bisa dimakan,” tambah Suminem.
Melihat usia dan kondisi fisik yang tak sempurna, Kapolres Pacitan Akbp Wiwit Ari Wibisono memberi nasihat agar mereka tetap bersyukur apapun kondisinya.
"Kami sengaja berkunjung ke rumah keluarga ini ingin melihat langsung kehidupan mereka. Kondisinya memang memprihatinkan, kita beri semangat agar di sisa hidupnya dijalani dengan ikhlas. Selain itu kita bersama tenaga kesehatan memberikan vaksinasi terhadap keempat anggota keluarga ini, ada juga sejumlah bantuan sembako dan uang tunai kita serahkan,” lanjut Kapolres Pacitan Akbp Wiwit Ari Wibisono, dengan nada tersendat dan mata berkaca-kaca.
Di ruang dapur tradisonal yang mereka miliki, keempat anggota keluarga ini berbincang bersama Kapolres sambil duduk di papan kecil yang terbuat dari kayu. Keempat lansia yang tersisa kini pun mengaku berterima kasih dan senang karena gubuknya telah disinggahi “Pak Polisi” meski secara nyata mereka tak melihatnya.
"Terima kasih ya pak Kapolres. Saya senang,”' ucap Tukiyem. (Agus wibowo/hen)
Load more